Dalam kesempatan itu, Endang Triningsih memaparkan geliat wisata Kota Batu yang berkembang pesat di usia Kota yang masih tergolong belia, yakni 18 tahun. Menurut Endang, destinasi yang menonjolkan wisata alam buatan mulai terasa sejak 10 tahun terakhir.
“Dalam sepuluh tahun belakangan (wisata) bergeliat cepat, mulanya nuansa alam buatan tapi dikemas dengan suasana berbeda,” ujar Endang Triningsih.
Sejak tahun 2105, Pemkot Batu mulai mem-branding Kota Batu sebagai Kota Wisata. Pemkot Batu mulai fokus mengembangkan wisata namun dengan konsep pengembangan yang mengandalkan potensi alam perdesaan.
“Prinsip pengembangan wisata yang kita lakukan tidak menghilangkan ekologi. Wisata disini untuk happy familiy, keluarga bisa merasakan sensasi berwisata di Kota Batu. Jangan cuma sehari, menikmati wisata alam disini minimal satu minggu, nanti benar-benar terasa,” kata dia.
Keseriusan Pemkot Batu mengembangkan potensi wisata dengan konsep tersebut, ternyata tidak sia-sia. Sejak di-branding pada tahun 2015 silam, kini semua potensi yang ada berkembang sesuai harapan. Beragam destinasi wisata di tiap-tiap desa berkembang cukup pesat hingga menumbuhkan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebanyak 23 ribu UMKM.
“Semua berkembang, apakah (wisata) buah, (wisata) bunga, (wisata) air terjun dan lainnya. Sekarang pelaku UMKM kita ada 23 ribu lebih, Alhamdulillah kita ini nomor dua setelah Bali. Sayang sekarang apel manalagi saat ini sedang tidak musim, jadi harganya agak mahal,” tutur Endang.
Sementara, terkait peran media dalam pengembangan wisata di Kota Batu, Endang menjelaskan, Humas Pemkot Batu hanya menjalin kemitraan dengan media yang “positif”. Secara tegas Endang juga mengatakan, bahwa Humas Pemkot Batu tidak merangkul media-media yang berbau negatif. Namun diakui Endang, keputusan Pemkot Batu untuk tidak merangkul media negatif membutuhkan proses “seleksi alami” yang cukup memakan waktu dan pikiran. Pasalnya, dengan tidak dilibatkannya “media negatif” dalam proses pembangunan Kota Batu, konsekwensinya Pemkot “diserang” oleh media negatif tersebut. Bahkan, serangan tersebut dilakukan juga secara personal.
“Memang di sini juga tadinya banyak media-media yang tidak jelas keberadaannya. Satu persatu kita berikan persepsi, kemudian mereka terseleksi secara alami,” ungkapnya. (Islah/SC)