Dia menjelaskan, untuk cara pengolahan cangkang menjadi tepung dimulai dengan mengambil cangkang kemudian dicuci bersih hingga tidak ada kotoran yang menempel. Kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Setelah itu ditumbuk kasar lalu direbus menggunakan NaOH.
“Perebusan menggunakan NaOH itu untuk menghilangkan bau amis. Tau sendiri kerang ini kan mempinyai bau amis yang khas. Jadi perebusan itu sampai hilang bau amisnya,” jelas Eka.
Setelah hilang aroma amisnya, lanjut Eka, kemudian cangkang kerang tersebut ditiriskan dan dicuci dengan menggunakan air mengalir sambil diukur tingkat keasamannya (PH) sampai netral yaitu diangka 7. Namun, jika masyarakat belum bisa mengukur tingkat keasamannya, bisa dilakukan pencucian 2 sampai 3 kali.
“Setelah dicuci kemudian dijemur lagi, setelah itu ditumbuk lagi sambil diayak sampai didapatkan tepung yang benar-benar halus . Penumbukan itu bisa manual atau menggunakan mesin. Kemudian dijemur lagi, karena tepung ini harus kering dan tidak boleh basah. Setelah itu baru bisa menjadi bahan campuran olahan makanan,” paparnya.
Selain kalsium, Eka menjelaskan, sebenarnya masih banyak kandungan nutrisi lainnya dari tepung ini. Karena pihaknya telah melakukan uji referensi literatur dari hasil penelitian cangkang kerang hijau lain.
“Kalau kandungan secara spesifik belum, karena kami mengalami kendala keterbatasan alat di sini. Kami juga akan melakukan uji kimiawi, tapi jika di sini tidak bisa dilakukan, kami akan melakukan kerjasama dengan laboratorium perguruan tinggi lain yang alatnya lebih lengkap,” katanya.
Menurut dia, penemuan ini bisa menjadi motivasi untuk mahasiswa dan dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk terus melakukan penelitian lanjutan atau memodifikasinya dengan bahan lain. Pasalnya, ke depan pihaknya berencana, hasil penelitian ini akan disebarluaskan kepada masyarakat agar bisa diaplikasikan.
“Pengolahan cangkang kerang menjadi tepung ini awalnya dari penelitian saya, kemudian mahasiswa di sini berkreasi dengan mencampurkan bahan-bahan yang bergizi lainnya, seperti menggunakan daun kelor dan lainnya,” ungkapnya.
Untuk itu, menurut Eka, sebagai dosen pihaknya harus mewujudkan tri dharma perguruan tinggi yang salah satu poinnya adalah pengandian kepada masyarakat. Sehingga, dari hasil penelitian ini akan dilakukan diseminasi kepada masyarakat, bahkan melatih atau mendampingi mereka dalam mengolah limbah menjadi bahan pangan yang bisa bermanfaat. Hal itu merupakan salahsatu bentuk yang dilakukannya untuk mewujudkan tri dharma perguruan tinggi tersebut.
“Nah kita di sini sebagai dosen dan perguruan tinggi yang harus melakukan tri dharma, dimana dosen itu bertugas tidak hanya mengajar dan penelitian. Tapi penelitian itu harus disebarluarkan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Jadi kami khususnya di Tadris Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, baik dosen dan mahasiswa akan terjun ke masyarakat untuk menyosialisasikan hasil penelitian. Dan setelah itu kami juga akan melakukan pelatihan dan pendampingan untuk pengolahannya sebagai bentuk pengabdian kami kepada masyarakat,” pungkasnya. (Arif)