Aktivis yang baru saja terpilih menjadi Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Cirebon priode 2020-2024 itu mengatakan, terkait konsennya pada isu gender pada prinsipnya dalanm memperjuangkan kehidupan yang adil baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Tak bisa dielakkan, realitasnya perempuan masih dianggap kelompok yang terpinggirkan, sering dianggap konco wingking, atau sebagai orang nomor dua. Juga, perannya sering dianggap tidak ada baik dalam kehidupan keluarga misalnya mencari nafkah hanya dianggap membantu, padahal dia bisa jadi menjadi tulang punggung keluarga, maupun dalam ranah publik, di mana hanyak kebijakan masih sering tidak berpihak pada peremapun.
“Karena itu dibutuhkan pendidikan publik dan penguatan kesadaran hak hak perempuan, seperti pendidikan kesadaran hak kesehatan reproduksi bagi santri dan remaja, penguatan peran ulama perempuan di masyarakat, mendorong kebijakan publik yang ramah dan berpihak kepada perempuan dan korban, mengapanyekan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak,” paparnya.
Dalam realitas kehidupan sehari-hari, ia melihat masih banyak ketimpangan yang terjadi dan perempuan sering menjadi korban. Karena itu kesadaran gender menjadi penting dalam rangka mewujudkan kehidupan yang adil bagi perempuan dan laki-laki.
Roziqoh berharap, tidak ada lagi diskriminasi bagi perempuan dengan alasan apapun dan kepada siapapun. Perempuan juga diharapkan dapat terlibat dan diakui secara penuh dalam kehidupan.
“Semakin banyaknya perempuan yang muncul untuk memperjuangkan hak-haknya, semakin solid gerakan perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya atau memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender,” pungkasnya. (Khairun Yasir)