Salah satu asset sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Desa Oeteta, yakni lahan jagung, padi, jambu mete, laut, tambak garam, peternakan, dan lahan kelor. Selain SDA-nya yang sangat kaya, asset sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat NTT khususnya Desa Oeteta, Kecamatan Sulamu yakni tingkat toleransi yang begitu tinggi.
Di sana, walaupun berbeda agama, tapi masyarakat bisa hidup berdampingan. Tidak heran jika antara muslim dan non muslim bisa hidup rukun, tenang, dan nyaman. Bahkan, saat diadakan suatu perayaan agama, di antara mereka saling mengundang.
BACA JUGA: Jadi Perguruan Tinggi Pertama Miliki NPWZ, Rektor IAIN Cirebon: UPZ Dapat Berikan Energi Positif
Seperti halnya saat perayaan natal, umat muslim diundang untuk menyembelih sapi atau kerbau yang dagingnya akan dimakan untuk pesta. Pemilihan hewan tersebut bertujuan agar umat muslim pun bisa mengonsumsinya.
Bahkan, dalam pengolahan hidangan untuk pesta dipersilahkan untuk dilakukan umat muslim agar bisa makan bersama. Begitu juga ketika umat muslim merayakan Idul Fitri atau Idul Adha, umat kristiani mengambil bagian dalam perayaan tersebut. Ketika Idul Adha pun umat kristiani, mendapat bagian daging qurban.
Menurut salahsatu anggota Forum Kounikasi Umat Beragama dari agama Kristen protestan (FKUB), Christo V Luirome, perbedaan ini dapat disatukan dan diubah menjadi kekuatan. “Perbedaan adalah kekuatan. Tugas kita adalah menyatukan perbedaan menjadi kekuatan. Semua orang yang bernafas itu sama dihadapan Tuhan. Katong punya agama, kita belakangkan dulu. Yang nomor 1 tetap kesatuan dan persatuan,” ujarnya. (Arif/Ril)