Tak Bisa Maksimal Alirkan Air, Rehabilitasi Embung Sarwadadi Butuh Rp18 M
TALUN, SC- Daya tampung embung di Desa Sarwadadi, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon bisa mencapai Rp125 ribu meter kubik air. Sayang, kapasitas embung sebesar itu ternyata masih belum mampu memenuhi ekspektasi, karena tidak bisa memenuhi kebutuhan air bagi petani saat musim kemarau.
Wakil ketua Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon, H Khanafi SH mengatakan, seharusnya kubikasi sebanyak itu bisa memenuhi kebutuhan air untuk lahan pertanian di Kecamatan Talun. Namun, pada kenyataannya, untuk kebutuhan air di pesawahan Desa Sarwadadi saja tidak mencukupi.
BACA JUGA: Pembahasan Perbup Honorer Alot
“Harusnya satu kecamatan talun ini kebutuhan airnya bisa terpenuhi dari embung Sarwadadi. Harapannya begitu, ada asas manfaat,” kata Khanafi SH, Rabu (26/2).
Namun diketahui, kondisi itu terjadi karena embung mengalami kebocoran sekira 12 tahun lamanya. Untuk dilakukan perbaikan, membutuhkan anggaran hingga Rp18 miliar. Sedangkan bantuan anggaran sendiri baru ada Rp4 miliar. Untuk itu pihaknya akan melakukan kerjasama dengan Komisi III DPRD agar ada bantuan untuk rehab lanjutan.
Selain mengalami kebocoran, lanjut Khanafi, karakter tanah embung yang bersifat tadah hujan juga kerap membuat para petani kesulitan mendapat pasokan air saat musim kemarau. Sehingga, untuk memenuhinya, embung harus mendapat suplai air dari luar Kabupaten Cirebon, yakni dari Mandirancan, Kuningan.
“Ini kan harus ada izin untuk adanya kerjasama,” tegas politisi Partai Golkar itu. Jika kondisi embung sudah maksimal, Khanafi meyakini kebutuhan air untuk lahan pertanian di wilayah Kecamatan Talun akan terpenuhi.
BACA JUGA: Jembatan Rp4,4 M Melengkung
Sementara itu, Kuwu Desa Sarwadadi, H Carsim menyampaikan, sebagai masyarakat dirinya tidak ingin dibebani soal kebutuhan anggaran untuk rehabilitasi embung. Dia hanya ingin embung bisa maksimal agar mampu memenuhi kebutuhan air untuk mengairi sawah para petani.
“Kita ingin agar keberadaan embung ini bisa maksimal dan kebutuhan air tercukupi. Itu saja, simpel,” tukas kuwu.
Menurutnya, sejauh ini para petani mengeluhkan kekurangan air ketika kemarau tiba. Meskipun ada embung, tapi nyatanya tidak bisa menjawab keluhan para petani.
“Dari 102 hektare sawah yang ada, hanya 60 hektare saja yang teraliri. Jadi embung belum mampu mencukupi seluruh sawah di Desa Sarwadadi,” ungkap kuwu.
Selain dari petani Desa Sarwadadi, keluhan juga datang dari para petani dari luar desa. Keluhan itu disampaikan perangkat desa lain yang diberi tugas mengatur tata gilir air.
BACA JUGA: Kecelakaan Tunggal di Cirebon, 1 Penumpang Tanpa Identitas Tewas Tertimpa Kendaraan
“Banyak juga tuntutan dari masyarakat luar, seperti dari wilayah kerandon, sampiran, cirebon girang. Mau bagimana lagi, jangan kan untuk desa lain, untuk desa kita sendiri saja belum ter-cover,” tuturnya.
Untuk bisa memberi solusi bagi persoalan petani, pihaknya meminta agar embung bisa secara normal menampung air. “Ke depan, dengan adanya embung ini, saya berharap bisa menjadi jalan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ungkapnya. (Islah)