Dalam flyer bertuliskan “Sekarang Waktunya yang muda jadi Ketum PBNU” ini memampang delapan tokoh muda NU. Masing-masing Pimpinan DPR RI Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI KH Cholil Nafis , Politikus Golkar Nusron Wahid , Politikus PKB Maman Imanulhaq (Kang Maman), Ketua Ikatan Gus Gus Indonesia (IGGI) Ahmad Fahrur Rozi, Pengasuh Pesantren Asrama Pelajar Islam Tegalrejo KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), Pengasuh Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo KH Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) dan Kiai muda dari Pesantren Al Falah Ploso Kediri KH Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar).
Wakil Sekretaris NU Jabar, KH Adlan Daie mengatakan, nama-nama yang masuk tersebut adalah tokoh muda NU yang punya rekam jejak yang kuat dalam memperjuangkan Islam Ahlussunah waljamaah ala Nahdhatil Ulama.
“Mereka adalah tokoh muda NU tulen, punya darah biru NU dan memiliki militansi dan dedikasi yang tinggi dalam memperjuangkan Islam Ahlussunah waljamaah ala Nahdhatul Ulama,” tutur Adlan, kemarin.
Menurut Adlan, mekanisme pemilihan Ketua PBNU ditentukan dalam muktamar yang akan datang. Beredarnya flyer tokoh muda pimpin PBNU merupakan harapan publik bahwa NU ke depan harus dipimpin oleh figure yang menguasai tradisi keilmuan yang dikembangkan NU.
Memiliki modal sosial politik yang memadai, lanjut dia, untuk membawa NU sebagai kekuatan politik masyarakat sipil dalam konteks berbangsa dan bernegara. “Serta tak kalah penting memiliki jaringan di luar NU yang memadai untuk membawa cara pandang NU ke komunitas-komunitas di luar NU dengan pendekatan gaya milenial,” jelas Adlan.
BACA JUGA: Bupati Karna Tak Tertarik Wacana Provinsi Cirebon
Sementara itu, pengamat sosial dan politik Surya Fermana, melihat dari sisi yang lebih spesifik bahwa flyer itu muncul sebagai representasi keinginan publik yang luas agar PBNU lebih komunikatif dan luwes dalam menghadapi kelompok milineal , kaum “hijrah” dan kelompok-kelompok lain.
“Saya mengenal Gus Yusuf, Kang Maman, Gus Reza, dan Gus Kautsar sebagai tokoh muda yang militan dan memiliki kemampuan berdakwah yang komunikatif, dan gaul dalam meraih kaum milineal, kaum ‘ hijrah’ dan dakwah dengan argument yang kuat dalam menghadapi radikalisme dan intoleransi,” tandasnya.
Selain itu, Surya menyebut para tokoh muda itu terbukti aktif dalam pendekatan budaya yang lebih lembut, dan lebih ramah sehingga lebih diterima kelompok lain yang lebih luas dan beragam. Ketika NU di tangan tokoh muda ini akan punya wajah intelektualitas yang berbudaya serta punya visi politik yang lebih humanis dan mashlahah. (Dins)