Jurnal terindeks scopus kerap dianggap momok menakutkan bagi dosen-dosen yang ingin mengejar gelar profesor. Namun, menurut Prof Aan Jaelani, melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil riset atau pemikiran sesuai bidang ilmu dan keahliannya tersebut merupakan kewajiban bagi seorang dosen.
Prof Aan Jaelani menjelaskan, publikasi tersebut salah satunya dapat dilakukan di Jurnal Internasional Bereputasi (JIB) yang terindeks Scopus atau Web of Science (WoS).
Publikasi ilmiah pada JIB, imbuh Prof Aan Jaelani, tidak diukur dari sulit dan mudahnya. Melainkan bergantung pada kebiasaan atau tradisi akademik dalam menulis tiap dosen yang seyogyanya rutin dilakukan setiap semester atau setiap tahunnya.
“Seperti seorang pengemudi yang rutin dan biasa mengendarai mobil, ia makin terbiasa berkendaraan di jalan raya, termasuk memahami dan menaati rambu-rambu lalu lintasnya. Itu analogi menulis dan mempublikasikan karya ilmiah,” jelasnya.
Prof Aan Jaelani mengaku, sejauh ini dirinya telah menulis 3 jurnal terindeks scopus tahun 2017 dan 2020. Dari 3 jurnal tersebut, 2 di antaranya sudah terbit dan 1 masih dalam tahap editing atau proses terbit di tahun 2022.
Sedangkan jurnal WoS, imbuh Prof Aan Jaelani, dirinya juga sudah membuat 3 jurnal tahun 2020 dan 2021 yang 2 di antaranya sudah terbit dan 1 masih tahap editing atau proses terbit di tahun 2022.