“Mudah-mudahan ini juga jadi kritik revolusi kekerasan aparat dalam menangani massa,” kata Bintang Emon di awal video tersebut.
Namun, terkadang mereka beralasan apa yang dilakukannya sudah sesuai SOP.
Sehingga, kata Bintang Emon, jika seperti itu, maka SOP-nya harus dievaluasi.
“Bener gak penerapannya kemarin? Ada yang harus diubah gak dari SOP ini? Dalam kerumunan massa tertentu, perlu gak tendangan kungfu? Perlu gak tembak-tembak gas air mata?,” kata Bintang Emon mempertanyakan SOP yang digunakan petugas saat menangani kerusuhan.
Karena, menurut Bintang Emon, misalnya di dalam stadion terjadi kerusuhan antara aparat dan suporter dan massa kesal ke aparat sehingga terjadi keos, maka bisa saja yang salah adalah aparat yang di atasnya dalam pengambilan keputusan.
Pasalnya, lanjut Bintang Emon, aparat yang berada di lapangan hanya sebagai pelaksana saja.
“Siapa tahu justru kalau mereka anteng, engga melakukan kekerasan dalam pelaksanaan tugas di kerusuhan, justru mereka diomelin karena mereka gak sesuai SOP. Berartikan ini soal sistem,” jelas Bintang Emon.