“Sejak Kongres Perempuan Indonesia pertama telah mengantarkan buah baik bagi kaum perempuan, seperti kesempatan mengenyam bangku sekolah, peluang bekerja, hingga perempuan berpolitik. Ini merupakan kabar baik. Namun harus diakui, nilai dan tujuan yang mendasari terbentuknya Kongres Perempuan pertama belum membawa kita sepenuhnya pada kesetaraan gender yang kita cita-citakan,” tegasnya.
Termasuk, menurut Ayu, budaya patriaki yang masih mengakar hingga saat ini. Salah satu bentuknya adalah domestikasi perempuan yang membuat ruang gerak perempuan seolah terbatas pada ranah domestik dan fungsi reproduksi.
Belum lagi tingginya kasus kekerasan seksual yang terjadi, juga menunjukkan bahwa perempuan masih dilihat sebagai objek, sehingga kembali menjadi korban.
Diambah lagi selama masa pandemi Covid-19 tantangan yang harus dihadapi perempuan pun semakin besar.
“Maka peringatan Hari Ibu juga menjadi ajang peringatan kita untuk kembali bersatu dan tidak mudah berpuas diri atas kemajuan yang telah kita raih, karena perjuangan kita masih panjang,” terang Ayu.
Dijelaskan Ayu, isu-isu prioritas tahun 2022 masih mengangkat tema ‘Perempuan Berdaya Indonesia Maju’. Pergerakan perempuan dalam pembangunan tentunya tidak terlepas dari dukungan semua pihak baik pemerintah, akademisi dan profesional dunia usaha, media massa, maupun masyarakat.
BACA JUGA: Gempa Kuningan Berhubungan dengan Gunung Ciremai, ini Penjelasan PVMBG