Sejumlah hal kecil itu, mungkin terlihat sederhana. Namun ternyata bisa menjadi ibadah puasa (shaum) di bulan suci Ramadhan mendatang menjadi batal.
Hal-hal kecil yang bisa membuat ibadah puasa (shaum) Ramadhan batal menyangkut soal sisa makanan, rasa makanan, dahak maupun darah yang tertelan.
Berikut beberapa hal pendapat ulama mengenai apakah menelan dahak, darah, sisa atau rasa makanan, bahkan asap wangi dupa, bisa membuat puasa menjadi batal.
1. Menelan sisa-sisa makanan di mulut ketika puasa.
Ibnu Mundzir mengatakan ijma’ ulama, bahwa sisa makanan di mulut yang kadarnya sedikit sehingga sulit untuk dikeluarkan dan sulit dihindari agar tidak tertelan, tidak membatalkan puasa jika tertelan.
Jumhur ulama berpendapat, sisa makanan di mulut yang kadarnya banyak dan masih dapat dihindari agar tidak tertelan dengan cara meludahkannya, wajib diludahkan.
Jika sengaja menelannya, hal itu membatalkan puasa. (Al-Mughni 4/360)
2. Menelan rasa makanan yang tersisa di mulut ketika puasa.
Ibnu Utsaimin menyatakan, rasa makanan yang tersisa di mulut wajib diludahkan dan tidak boleh ditelan. (Asy-Syarh al-Mumti’ 6/428)24
3. Menelan rasa yang tersisa setelah bersiwak atau mmenggosok dengan pasta gigi ketika puasa.
Ibnu Utsaimin berpendapat ianya wajib diludahkan dan membatalkan puasa jika ditelan dengan sengaja. (Majmu’ ar-Rasa’il 19/352-354)
4. Menelan darah (yang bersumber dari rongga mulut atau hidung) ketika puasa.
Ibnu Qudamah dan Ibnu Utsaimin menegaskan supaya dikeluarkan dan tidak boleh menelannya.
Jika dia menelannya, puasanya batal. (Al-Mughni 4/355 & Asy-Syarh al-Mumti’ 6/429)
5. Menelan dahak ketika puasa.
Jika dahak turun ke kerongkong tanpa melalui mulut dan tertelan, hal ini tidak membatalkan puasa meskipun terasa ketika tertelan, sebab dahak tersebut tidak sempat masuk ke rongga mulut.
Jika dahak tersebut mengalir turun dan masuk ke rongga mulut orang yang berpuasa, pendapat yang benar adalah tidak boleh ditelan dan harus diludahkan, jika ditelan membatalkan puasa.
Ini adalah pendapat al-Imam asy-Syafi’i dan salah satu riwayat dari al-Imam Ahmad.
6. Menelan sesuatu yang masuk melalui hidung.
Menelan sesuatu yang masuk melalui hidung membatalkan puasa.
Karena hidung merupakan salah satu saluran masuk ke kerongkong menuju perut, yang dianggap memiliki kedudukan yang sama dengan mulut.
Rasulullah bersabda :
“Dan bersungguh-sungguhlah (berlebihanlah) engkau dalam istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung ketika wudhu), kecuali engkau dalam keadaan berpuasa.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani dan al-Wadi’i)
Hadits ini menunjukkan perbuatan berlebihan dalam istinsyaq ketika puasa ditegaskan oleh Nabi karena bisa menyebabkan batalnya puasa.
Ulama seperti Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin berpendapat berlebihan dalam hal istinsyaq dan berkumur-kumur bagi yang berpuasa hukumnya makruh. (Majmu’ al-Fatawa Ibni Baz 15/261, Asy Syarh al-Mumti’ 6/379 dan 407).
Menelan titisan as-Sa’uth yang masuk ke kerongkong juga termasuk dalam hal ini. As-Sa’uth adalah ubat yang dititiskan melalui hidung (gurah).
Barangsiapa melakukan gurah lalu merasakan titisan as-Sa’uth itu masuk ke kerongkongnya dan ia pun menelannya dengan sengaja, puasanya batal.
Ini adalah pendapat al-Imam Malik, Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin. Menghirup asap wangi pedupaan (bakhour) termasuk dalam hal ini.
Asap wangi pedupaan adalah sesuatu yang terlihat zatnya (terwujud).
Oleh kerana itu, akan membatalkan puasa jika dihirup kerana sama dengan menelan suatu zat hingga masuk ke perut. Yang tidak dibenarkan adalah menghirupnya dengan sengaja.
Ini difatwakan Ibnu Utsaimin dan alLajnah ad-Da’imah yang diketuai Ibnu Baz.***