SUARA CIREBON – Penyelesaian sosial penutupan tambang galian C Argasunya, menjadi pembahasan Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon. Wali Kota Cirebon Effendi Edo bersama dengan dinas-dinas terkait, tengah mencari solusi dan alternatif terbaik untuk masyarakat eks pekerja tambang galian C tersebut.
Para eks pekerja/buruh tambang pasir galian C Argasunya itu diarahkan untuk alih profesi lain. Salah satunya menjadi pemilah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur, Argasunya.
“Ada beberapa alternatif yang nanti kita mau lakukan, agar mereka (eks pekerja galian C Argasunya, red) dapat pemasukan untuk keluarganya. Tapi kita belum putuskan apakah nanti itu bisa dilakukan. Lagi dibicarakan dulu, tentang alih profesinya, contohnya bagaimana kalau pemilah sampah di TPA Kopi Luhur, yang sebenarnya juga menguntungkan mereka,” kata Wali Kota Effendi Edo kepada Suara Cirebon, Selasa, 24 Juni 2025.
Menurut Wali Kota, dari memilah sampah yang bernilai ekonomis itu, nantinya bisa bekerja sama dengan Koperasi Merah Putih yang ada di Kota Cirebon.
“Nantinya, bisa bekerja sama juga dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon. Sehingga, bagi masyarakat Argasunya yang terdampak ekonominya karena penambangan galian C itu ditutup, mereka bisa mencari nafkah dengan cara memilah sampah di TPA,” ujarnya.
Menurut Edo, Koperasi Merah Putih di Kota Cirebon yang sudah berbadan hukum jumlahnya mencapai 22 koperasi.
“Nanti ada kerja sama antara masyarakat, DLH, dan koperasi. Itu menguntungkan. Kemarin kita sudah rapatkan dengan dinas terkait tentang galian C, kita akan rapatkan kembali terkait Koperasi Merah Putih yang baru terbentuk. Arahnya nanti ke pemilah sampah,” terangnya.
Terkait permintan warga agar lokasi tambang galian C Argasunya dibuka kembali, Edo menegaskan, pihaknya tetap pada komitmen awal, yakni ditutup. Menurutnya, itu membahayakan nyawa bagi penambangan sendiri.
“Kalau mereka juga merasa bahwa itu tanahnya, tanah garapan ya. Itu kan haknya mereka sebetulnya ya. Tapi kalau bicara tentang ada galian seperti itu, izin usaha, kan kita juga kan tidak pernah memberikan izin usaha untuk galian C,” tegasnya.
Apalagi tambang galian C Argasunya sudah memakan korban jiwa berkali-kali. Sebab itu, Pemkot Cirebon dengan tegas melarang masyarakat untuk menggali tanahnya tersebut.
“Kami tetap melarang, karena itu berbahaya. Mereka berusaha hanya untuk mendapat berapa rupiah saja tapi kan risikonya nyawa,” imbuhnya.
Terkait dengan bantuan, Edo telah memerintahkan Camat Harjamukti maupun Lurah Argasunya untuk mendata, seberapa banyak orang yang bekerja di galian C tersebut. Nantinya dengan data tersebut, pihaknya akan menghitung bantuan yang akan diberikan.
“Kalau kita sudah punya datanya, estimasi biaya dan lain sebagainya kan nanti tentunya kita akan bicarakan. Tapi kemarin kejadian saja, cuman 4 orang dari tanah itu. Apa iya kalau sampai 500 orang lebih,” ujarnya.
Edo mengaku heran dan menduga apakah ada provokator atau pihak lainnya, untuk mengerahkan massa yang akhirnya ada ratusan orang.
“Sebenarnya kan kalau lihat faktanya yang penggali sekarang sudah hampir 80 persen itu sudah beralih profesi. Yang 20 persen sudah sepuh, yang sudah tidak lagi sanggup untuk melakukan itu. Terbukti kemarin hanya 4 orang. Yang lainnya gak ada,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.