SUARA CIREBON – Puluhan petani di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, mengalami kerugian akibat menurunnya hasil panen pada musim tanam kali ini. Turunnya hasil panen disebabkan hama yang tidak terkendali.
Petani Desa Jagapura, Kecamatan Gegsik, Aksol Amri menuturkan, serangan hama menyebabkan hasil panen turun hingga hampir 50 persen. Di saat yang sama, gabah hasil panen dihargai cukup rendah karena kualitas yang kurang baik.
“Sudah padi kena hama hingga hasil panen anjlok hampir 50 persen, gabah juga dihargai rendah, sementara biaya produski tetap tinggi, otomatis kami rugi kali ini,” kata Aksol Amri, Jumat, 18 Juli 2025.
Ironisnya, Amri menyebut, praktik tidak transparan oknum perangkat desa se-Kecamatan Gegesik terkait biaya sewa mesin pemotong padi (combine harvester/komben) turut memperburuk kondisi petani.
“Sewa komben itu harga normalnya sekitar Rp1,2 juta plus biaya karung Rp200.000 jati sekitar Rp1,4 juta, namun oleh oknum perangkat desa petani harus membayar hingga Rp2 juta per bau dengan alasan adanya uang pelicin untuk desa,” ujarnya.
Menurut Amri, petani tidak dapat mengakses langsung ke pemilik komben karena itu harus melalui perantara yakni oknum perangkat desa. Oknum ini yang diduga bertindak sebagai makelar.
“Alasan yang digunakan adalah untuk biaya perbaikan infrastruktur pertanian, tetapi faktanya dana tersebut tidak digunakan untuk itu melainkan masuk ke kantong pribadi perangkat desa,” ujarnya.
Ia menyebut, perlu peran pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pertanian dalam pengelolaan alat pemotong padi agar tidak ada lagi oknum apparat desa yang bermain nakal.
“Minimal saat butuh sewa komben sesuai harga, hitung-hitung membantu petani yang mengalami kerugian,” tandasnya.
Sementara itu Ketua Forum Rembug Tani Ciayumajakuning, Dedi Abas mengatakan, hasil panen kali ini menurun drastis sehingga mengakibatkan petani merugi.
“Kerugian petani mencapai 50-70 persen karena serangan hama ditambah biaya produksi yang tinggi, sementara harga serapan gabah yang rendah. Padahal banyak petani di Gegesik yang menggunakan pembiayaan perbankan seperti KUR untuk modal usaha,” kata Dedi Abas.
Pihaknya berharap, persoalan petani mendapat perhatian serius pemerintah, terlebih saat ini Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tengah mencanangkan kemandirian pangan dan swasembada beras
“Semoga pemerintah baik pusat maupun Pemerintah Kabupaten Cirebon mendengar keluhan petani dan bisa mempertimbangkan relaksasi pembiayaan bagi mereka yang mengalami kerugian,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.