SUARA CIREBON – Pembangunan gedung Unit Transfusi Darah (UTD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arjawinangun telah rampung. Keberadaan UTD diyakini bakal memberikan keleluasaan pihak RSUD Arjawinangun dalam melakukan pelayanan.
Direktur RSUD Arjawinangun, dr H Bambang Sumardi, mengatakan, UTD di RS tersebut bakal segera beroperasi dalam waktu dekat ini. Menurut Bambang, operasional UTD RS hanya tinggal selangkah lagi, yakni menunggu sejumlah peralatan pendukung.
“Bangunan UTD sudah ada, tinggal alatnya. Kita sudah mengajukan ke provinsi. Mudah-mudahan bisa secepatnya (terealisasi, red), karena anggarannya tidak terlalu besar,” ujar Bambang Sumardi, Selasa, 16 Desember 2025.
Menurut Bambang, selama ini dukungan pelayanan di RSUD Arjawinangun masih menggunakan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) yang dinilai masih belum memberikan keleluasaan.
Dengan memiliki UTD yang merupakan unit lebih lengkap, pihak RSUD Arjawinangun tidak hanya mengelola, tapi juga bisa terlibat dalam pengambilan darah donor atau mencari donor, pengolahan, pengujian hingga pendistribusian ke pasien.
“Jadi, bank darah RS, itu beda dengan UTD RS,” kata Bambang.
Dengan memiliki UTD sendiri, Bambang meyakini layanan RSUD Arjawinangun akan lebih luas menjangkau masyarakat. Ia menyebut, keberadaan UTD RS ini bakal secara otomatis membuat RSUD Arjawinangun bisa lebih berkreasi dan berimprovisasi.
“Tapi kerja sama dengan PMI tetap dilakukan,” tegasnya.
Bambang menjelaskan, UTDRS ini akan melengkapi sarana RSUD Arjawinangun yang telah memiliki sekitar 30 alat kesehatan (alkes) canggih pengadaan tahun 2025. Puluhan alkes canggih hasil impor itu di antaranya CT scan 64 slice, USG 4 dimensi, panoramic gigi, urografi, echo, ventilator, dan lainnya.
“Untuk alkes semuanya sudah ada, pengadaan tahun 2025 ini sudah datang, tinggal instalasi. Alhamdulillah ini juga bisa meningkatkan layanan untuk masyarakat,” tuturnya.
Selain UTDRS, RSUD Arjawinangun juga sedang melakukan peningkatan kapasitas ruang ICU. Peningkatan kapasitas ruang ICU ini, juga sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan sebagai rumah sakit dengan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS).
“Ini rangka menyongsong KRIS, persyaratan yang disyaratkan itu ICU harus 10 persen dari jumlah tempat tidur. Jadi jumlah total anggaran pembangunan dan peningkatan kapasitas ICU, termasuk pengadaan alkes ini sekitar Rp50 miliar,” terang Bambang.
Seperti diketahui, RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon diproyeksikan menjadi rumah sakit modern dengan status pelayanan tingkat madya. Sejumlah upaya pun ditempuh guna memenuhi kriteria rumah sakit dengan status layanan madya dan modern.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.