Selain mengalami kebocoran, lanjut Khanafi, karakter tanah embung yang bersifat tadah hujan juga kerap membuat para petani kesulitan mendapat pasokan air saat musim kemarau. Sehingga, untuk memenuhinya, embung harus mendapat suplai air dari luar Kabupaten Cirebon, yakni dari Mandirancan, Kuningan.
“Ini kan harus ada izin untuk adanya kerjasama,” tegas politisi Partai Golkar itu. Jika kondisi embung sudah maksimal, Khanafi meyakini kebutuhan air untuk lahan pertanian di wilayah Kecamatan Talun akan terpenuhi.
BACA JUGA: Jembatan Rp4,4 M Melengkung
Sementara itu, Kuwu Desa Sarwadadi, H Carsim menyampaikan, sebagai masyarakat dirinya tidak ingin dibebani soal kebutuhan anggaran untuk rehabilitasi embung. Dia hanya ingin embung bisa maksimal agar mampu memenuhi kebutuhan air untuk mengairi sawah para petani.
“Kita ingin agar keberadaan embung ini bisa maksimal dan kebutuhan air tercukupi. Itu saja, simpel,” tukas kuwu.
Menurutnya, sejauh ini para petani mengeluhkan kekurangan air ketika kemarau tiba. Meskipun ada embung, tapi nyatanya tidak bisa menjawab keluhan para petani.