KOTA CIREBON, SC- Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Kota Cirebon akan terus melakukan koordinasi dengan pihak keamanan untuk menyelesaikan persoalan sosial, yakni tuna susila.
Hal tersebut diungkapkan kepala DSP3A Kota Cirebon, Iing Daiman kepada Suara Cirebon di ruangan kerjanya, Selasa (17/3/2020). Dia mengatakan, tuna susila sudah menjadi permasalahan sosial yang berada di seluruh daerah termasuk Kota Cirebon, sehingga persoalan tersebut harus segera dientaskan.
“Terkait persoalan Pekerja Seks Komersial (PSK) Kami selama ini selalu berkerjasama dengan pihak kepolisian dan Satpol PP. Memang ini bagian dari permasalahan sosial yang berada di seluruh daerah termasuk Kota Cirebon,” kata Iing.
Ia mengungkapkan, operasi gabungan sering dilakukan, selain berkerjasama dengan pihak keamanan, DSP3A juga berkerjasama dengan Dinas Sosial Kota Cirebon dan Provinsi.
“Ketika sudah dirazia, kalau kepolisian dibawa ke markas kepolisian atau ke Satpol PP. Terus tim kami melakukan asesmen, termasuk mencari tahu kenapa mereka bisa melakukan seperti itu dan lain sebagainya,” paparnya.
Setelah terciduk saat razia, lanjut Iing, para mereka segera dikirim ke panti rehabilitasi sosial tuna susila milik provinsi, tepatnya di daerah Palimanan Kabupaten Cirebon.
“Nanti mereka diberikan pelatihan sama keterampilan selama 4 bulan, seperti tata boga termasuk diberikan masukan soal keagamaan dan sebagainya,” imbuhnya.
BACA JUGA: DSP3A Kota Cirebon Akan Bangun Shelter Senilai Rp1 Miliar
Dikatakan Iing, untuk data tuna susila di tahun 2020 belum diketahui, akan tetapi data di dua tahun sebelumnya, kisaran 40-50 orang yang berdomisili Kota Cirebon.
“Karena hasil razia ketika kebanyakan dari luar Kota Cirebon, ada yang dari Bandung tapi kalau dari 40 orang itu dari Kota Cirebon,” jelasnya.
Adapun tugas yang dilakukan DSP3A, tambah Iing, melakukan pembinaan kepada keluarga yang bersangkutan atau melakukan home visit dengan memberikan edukasi agar mereka tuna susila tidak melakukan pekerjaan tersebut.
BACA JUGA: Kota Cirebon Krisis Stok Darah Golongan A, Efek Penutupan Car Free Day Terasa
Selain itu, kata Iing, pihaknya mencari penyebab mereka menjadi tuna susila. “Hasil data kami, salah satu faktor yang klasik yakni perekonomian terpuruk ada juga alasan yang lain, tapi yang paling dominan itu alasan perekonomian,” ucapnya.
Kalau pembinaan, Iing mengungkapkan, pihaknya tidak melakukan hak tersebut secara intens, karena setelah dirazia dan didata, para tuna susila langsung dibawa ke panti.
“Nanti dari pihak panti yang membina, tugas kami hanya membina kepada keluarganya, baik itu yang dibinanya masih di panti atau setelah pulang dari panti. Rata-rata di usia sekitar 19-40 tahun,” pungkasnya. (M Surya)