MAJALENGKA, SC- Demokrasi Indonesia saat ini nelum mampu merepresentasikan harapan rakyat. Demikian menurut penilaian pengamat politik dan ilmu pemerintahan, Diding Bajuri.
Menurut Diding, demokrasi sejatinya adalah alat legitimasi aspirasi rakyat dalam mewujudkan harapan untuk sebuah kemerdekaan. Tetapi sejauh ini demokrasi di Indonesia masih menjadi alat permainan kepentingan dan kekuasaan semata, sedangkan rakyat masih menjadi klaim untuk menjustifikasi kepentingan dan kekuasaan tersebut.
“Sampai saat ini demokrasi kita belum sepenuhnya menjadi alat untuk merefresentasikan harapan dan kepentingan rakyat,” ujarnya, Rabu (23/9/2020).
Mantan Komisioner KPU Majalengka ini mengatakan, rakyat terkadang masih sering dibodohi dan bahkan dikhianati dengan bernaung di dalam proses demokrasi.
Fenomena saat ini, demokrasi hanya menjadi arena pertarungan dan bahkan perjudian bagi para cukong dalam menguasai para penguasa untuk berbagai kepentingannya.
“Sampai hari ini banyak cukong dan pemodal serta pengusaha yang masuk di arena ini, bukan semata-mata untuk kepentingan demokrasi tapi menjadikan demokrasi untuk mewujudkan kepentingannya sendiri,” tegasnya.
Harapan ke depan kata Diding, demokrasi bukan hanya sekedar penyambung pesan rakyat, tetapi dengan mekanisme demokrasi tersebut bagaimana pesan pesan rakyat tersebut dapat diwujudkan serta direalisasikan.
BACA JUGA: Tak Ada Penolakan Gelaran Pilkada 2020
Sedangkan terkait Presidential Threshold yang saat ini diterapkan di Indonesia, Diding menilai hanya sebagai alat untuk menjaga kepentingan para partai politik besar dalam menekan kelangsungan hidup parpol kecil.
“PT lebih pada manuver parpol besar untuk menghambat laju parpol kecil dalam hal pencalonan presiden. Juga pengaruhnya bisa positif dan negatif tergantung persentase PT yang ditetapkan.Dan sepanjang PT menganut prinsip keadilan dan kesetaraan di antara parpol maka akan berdampak positif untuk pembangunan iklim demokrasi yang lebih sehat dan kondusif,” jelasnya. (Dins)