KABUPATEN CIREBON, SC- Kuwu Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Nuril Anwar, mengklarifikasi penyebab terjadinya gejolak pihak keluarga dan masyarakat atas kedatangan jenazah Covid-19 yang dikirim pihak RSD Gunung Jati ke lokasi pemakaman desa setempat.
Menurutnya, gejolak warga mencuat saat mengetahui jenazah di dalam peti mati yang masih dalam kondisi memakai kaos dan pampers.
Nuril menuturkan, sebelumnya pihak RS memang sudah berkoordinasi dengan Pemdes setempat terkait rencana pemakaman jenazah tersebut di TPU setempat. Namun, menurutnya, informasi yang diterima dari pihak RS itu hanya sebatas rencana pemakaman saja, tanpa ada pesan lain, seperti menyiapkan tenaga pengangkat serta pemakaman jenazah dan lainnya. Sedangkan pihak keluarga berasumsi, pihak RS mendatangkan jenazah itu lengkap dengan tim yang akan menguburkannya.
“Dan kenyataannya, jenazah hanya diantar oleh satu orang yakni sopir ambulans saja,” kata Nuril, Senin (5/10/2020).
Ia mengakui dari pihak Puskesmas, Polsek dan Koramil sebenarnya ada di lokasi. Namun, karena jenazah terpapar Covid-19 maka masyarakat pun menjauh semua.
“Kalau memang tidak ada tim yang menguburkan, seharusnya koordinasi dengan kami. Pihak rumah sakit hanya menyiapkan APD, warga kita atau keluarga korban pasti siap,” katanya.
Terlebih, lanjut dia, setelah diperiksa ternyata jenazah hanya diberi selembar kain kafan dengan kondisi kaos dan pampers (popok dewasa, red) masih melekat di tubuh jenazah.
“Asumsi warga kami karena tidak mengerti, jenazah masih memakai pampers dan baju itu tandanya masih kotor, masih belum suci dan akhirnya menimbulkan gejolak,” ujarnya.
BACA JUGA: Heboh Jenazah Pasien Covid-19 Pakai Pampers
Ia menjelaskan, dibukanya peti jenazah tersebut berawal dari masyarakat yang terlanjur emosi melihat kedatangan jenazah hanya diantar oleh sopir ambulans.
“Mestinya kasih tahu tata cara pengangkatan jenazah. Karena awalnya masyarakat sudah menerima semua (kedatangan jenazah Covid-19). Saya sudah menenangkan, cuman saja asumsi mereka kedatangan jenazah itu satu tim, tapi ini hanya satu orang. Kemudian warga curiga dan dibuka akhirnya kejadian seperti itu, maka tambah ribut. Kita Pemdes hanya bisa meredam supaya tidak terjadi tindakan anarkis,” pungkasnya. (Islah)