KABUPATEN CIREBON, SC- Membanjirnya garam yang diimpor dari luar negeri, mengakibatkan harga garam lokal turun drastis. Akibatnya, petani di tambak garam Kandawaru, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, hanya bisa pasrah menimbun garam yang telah dipanen sambil berharap harga kembali membaik.
Petani garam setempat, Tarkislan mengatakan, garam lokal kalah bersaing karena konsumen lebih menyukai garam impor. Pria yang juga menjabat sebagai ketua RT 08 RW 08 itu menyebut, harga garam lokal akan semakin anjlok jika kebijakan impor garam tidak dibatasi oleh pemerintah.
“Saat ini pemerintah banyak sekali impor garam dari luar negeri, jadi garam lokal yang kami hasilkan harganya turun dan kalah saing. Garam-garam itu impor dari Cina, Australia dan negara lainnya,” kata Tarkislan saat ditemui Suara Cirebon di tambak garamnya, Senin (2/11/2020).
Petani garam, lanjut Tarkislan, hanya bisa pasrah menimbun garam mentah yang sudah diolahnya.
“Ya karena harga garam menurun drastis, yang normalnya lima ratus rupiah per kilo, sekarang cuma tiga ratus an per kilo. Harga segitu belum bisa mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, jadi kami timbun garamnya sampai nanti kalau sudah normal lagi harganya baru dijual,” katanya.
BACA JUGA: Bupati Imron Sampaikan Keluhan Nelayan dan Petani Garam ke Menteri
Senada, petani garam lain, Rohmat mengaku penghasilan dari penjualan garam saat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Rohmat berharap, ada perhatian dari pemerintah agar ke depannya harga garam lokal itu bisa kembali normal.
“Karena garamnya ditimbun, kadang saya jual perhiasan istri untuk kebutuhan hidup. Nanti kalau sudah normal lagi garamnya dijual dan hasilnya buat ganti perhiasan yang dijual tadi. Semoga aja harga garam lokal bisa normal kembali, bahkan bisa lebih tinggi harganya dari pada garam impor, dan semoga ada bantuan dari pemerintah,” katanya. (Yusuf)