KABUPATEN CIREBON, SC- Petani Timbun Garam, Tunggu Harga Naik. Cuaca yang tidak mendukung membuat petani garam di Kampung Kandawaru, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, tidak memproduksi sejak beberapa hari lalu. Pasalnya, sinar matahari yang tidak begitu panas membuat petani berpikir dua kali untuk memanen garamnya.
Menurut petani garam, Tarkislan, saat ini dirinya sudah tidak melakukan produksi garam setelah satu bulan yang lalu, semenjak musim hujan tiba. “Harena musim hujan, saya semusim cuma dapet 100 karung. Sebulan hujan itu untuk bikin garam panenannya engga normal, jadi tidak produksi dulu,” ujarnya saat ditemui Suara Cirebon di rumahnya, Rabu (9/12/2020).
Kendati musim hujan, lanjut Tarkislan, dirinya telah menyiapkan stok untuk beberapa waktu ke depan. Menurutnya, hal itu dilakukan agar dapat mencari keuntungan yang lebih besar. “Stok ada paling 10 ton buat persiapan musim hujan, biar nanti bisa dijual klo engga ada uang,” paparnya.
Adapun, imbuh Tarkislan, untuk harga garam saat ini memang mengalami kenaikan. Menurutnya, garam yang diproduksinya itu adalah jenis garam kroso (garam kasar) yang belum digiling, sehingga harganya tidak terlalu mahal.
“Harganya sekarang per kilo 425 ribu dari petaninya, sebelum hujan itu 300 ribu dari petaninya. Kalo hujan harga naik, kalo panas harga turun,” ujarnya.
Di lain hal, Sugeni, melakukan penimbunan garam di sekitar halaman rumahnya. Tujuannya sama, agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari biasanya.
“Yang beli kebanyakan pabrik-pabrik. Nunggu harga naik, jadi tidak dijual dulu, ya kalo udah nyampe 500 rupiah per kilo, baru akan dijual,” ujarnya.
BACA JUGA: Bupati Imron Sampaikan Keluhan Nelayan dan Petani Garam ke Menteri
Sementara itu, lanjut Sugeni, saat ini para petani garam sedang mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Petani garam sekarang beralih profesi, kerjanya jadi serabutan, ada yang jadi tukang panggul karung, pengangkut bulog, ya serabutan lah,” pungkasnya. (Yusuf)