KEDAWUNG, SC- Ratusan rumah di Jalan Cideng Raya Blok Kebon Pring RT 06/RW 02, Desa Kertawinangun, Kecamatam Kedawung Kabupaten Cirebon terendam banjir, Senin (28/12/2020) malam.
Peristiwa tersebut merupakan dampak tingginya intensitas hujan yang mengguyur wilayah setempat sejak sore di hari itu. Akibatnya, saluran air Kebon Pring yang mengarah ke kali Tuparev meluap dan menggenangi wilayah setempat.
Tokoh pemuda Desa Kertawinangun, Sudomo mengatakan, sekitar pukul 17.00 WIB air mulai menggenangi wilayah Kebon Pring dan merendam rumah penduduk. Ketinggian air tersebut sekitar 50 hingga 80 cm.
Pria yang akrab disapa Domo ini mengungkapkan, daerah di sekitar tempat tinggalnya ini memang sudah menjadi langganan banjir yang ketika hujan lebat turun selalu terendam.
Selain itu, lanjut dia, terendamnya lokasi tersebut diduga juga akibat adanya air kiriman dari wilayah Kedawung. Bahkan, kata Domo, hal itu disinyalir diperparah dengan penyempitan saluran air di sekitar salah satu hotel di wilayah setempat yang mengakibatkan air tidak dapat mengalir ke Kali Tuparev dengan lancar. Sehingga berimbas meluapnya air dan merendam permukiman penduduk.
“Bukan tanpa alasan, karena sebelum adanya pembangunan (salah satu hotel) wilayah Kebon Pring dan Wilayah Blok Siwungu, RT 01 RW 01 tidak pernah terjadi banjir meskipun hujan dengan intensitas tinggi sekali pun,” ungkap Domo kepada Suara Cirebon.
Dia menuturkan, peristiwa tersebut tentu dirasa sangat merugikan masyarakat. Untuk itu dia menginginkan ada perhatian serius dari berbagai pihak untuk mencari solusi terbaik agar wilayah Kebon Pring tidak mengalami banjir setiap memasuki musim penghujan.
“Kami selaku masyarakat pernah mendatangi pihak hotel terkait keinginan warga agar saluran yang didak pihak hotel untuk dibongkar. Dengan demikian saluran dapat mengalir lancar. Namun terkesan pihak hotel tidak ada itikad baik, terbukti hingga saat ini saluran tersebut belum dilakukan pembongkaran,” paparnya.
Sementara itu, salah satu warga Blok Kebon Pring, Roman menegaskan, hal ini tentu sangat merugikan masyarakat setempat. Karena, ketika hujan turun, mereka selalu dihantui rasa khawatir terjadi luapan air.
“Kami ingin adanya perhatian serius dari pihak terkait agar kami tidak mengalami banjir lagi, ini sudah seperti tradisi tahunan,” tegasnya. (Baim)