SEMPAT vakum dari dunia penyiaran radio selama kurang lebih tujuh tahun, pada tahun 2012 lalu Nova Lia akhirnya bisa kembali mengekspresikan kemampuannya lewat dunia yang telah digelutinya sejak tahun 2003 silam.
Perempuan kelahiran Cirebon 1979 itu mengaku, kehadirannya kembali pada dunia broadcasting telah melalui masa penantian yang cukup panjang.
Sebagai seorang ibu bagi dua anak perempuannya, Nova mengaku harus rela rehat sementara menyapa pendengar radio demi mengurus kedua buah hatinya itu. Setelah kedua anaknya beranjak dewasa, ia pun tak tahan ingin kembali beraktivitas seperti dulu. Bak gayung bersambut, ternyata keinginan kuatnya itu mendapat dukungan dari suami tercinta.
“Alhamdulillah suami juga men-support, karena dunia siaran radio ini passion aku banget,” kata Nova kepada Suara Cirebon, belum lama ini.
Sehingga, ia mengaku menjalani aktivitasnya itu dengan penuh tanggung jawab dan profesional. Sebagai penyiar, Nova juga mengaku punya kewajiban mengedukasi masyarakat, khususnya dalam menggunakan media sosial.
“Seneng aja, aku juga paling peduli dan pengguna medsos juga. Makanya, aku jadi merasa punya kewajiban untuk memberi pemahaman kepada pendengar radio dalam menggunakan medsos dengan bijak,” papar Nova.
BACA JUGA: Ana Humardhiana, Pendidikan dengan Perspektif Gender
Menurut Nova, hingga saat ini dirinya sudah malang melintang dalam dunia penyiaran di empat stasiun radio swasta nasional. Bahkan, dulu saat masih single Nova pernah menjadi penyiar di radio swasta papan atas di Kabupaten Indramayu, salah satunya Radio KC10. Di stasiun radio tersebut, nama Nova sempat menjadi primadona karena kekhasan suaranya yang centil dan merdu.
“Kadang saya rindu masa-masa itu. Rindu sistem penugasan siarannya. Dulu tuh sebulan sekali aku ditugaskan untuk siaran di radio jaringan KC10 di Bandung. Jadi bisa jalan-jalan setiap bulannya, karena aku juga kan masih single waktu itu,” ucapnya.
Kini, meskipun kondisinya sudah berubah seratus delapan puluh derajat, namun Nova mengaku masih menikmati dunianya itu dengan segala keterbatasan yang ada. Ia memastikan, Radio Swasta Niaga Sela FM akan menjadi pelabuhan terakhirnya dalam mengekspresikan hobinya itu. (Islah)