Kepada Suara Cirebon, Aris akui dirinya mengalami kondisi ekonomi yang cukup sulit untuk dihadapinya. Kehidupannya sungguh memprihatinkan, ia pun harus memutuskan pendidikannya di tingkat SMP dengan alasan tidak mempunyai biaya untuk membayar SPP sekolah. Tak ayal, semenjak dirinya memutuskan untuk berhenti sekolah, ia pun harus berjibaku untuk menghidupi orang tuanya yang sudah tak muda lagi.
Dengan modal nekat, Aris terpaksa harus menjadi ‘Manusia Dayak’ sebagai usahanya dalam mencari pundi-pundi rupiah. Kendati demikian, meski penghasilannya itu tak seberapa, namun dirinya dapat sedikit memberikan keberlangsungan hidup orang tuanya dengan sesuap nasi yang dia dapatkan.
Aris mengakui, keputusannya untuk menjadi ‘Manusia Dayak’ itu dinilai lebih baik daripada mencuri barang milik orang lain. Karena, saat ini banyak orang-orang tak punya yang berani merampas harta orang lain dengan cara yang haram. Tanpa berpikir panjang, Aris pun memilih jalan yang tidak merugikan orang lain, meskipun pekerjaan itu dinilai hina oleh sejumlah orang.
Namun, apa boleh buat, dengan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, Aris pun tak pernah mengenal rasa malu untuk menjalani kehidupannya dengan menjadi ‘Manusia Dayak’.
“Saya jadi ‘Manusia Dayak’ sebelum pandemi Covid-19. Daripada mencuri, mending cari yang gak merugikan orang meskipun kayak gini. Ini keinginan sendiri, untuk bantu-bantu orang tua,” tuturnya kepada Suara Cirebon, Senin (1/3/2021).
Aris memang ingin mendapatkan pekerjaan yang layak, namun apalah daya, hingga saat ini ia belum mendapatkan pekerjaan tersebut. Yang ada hanya bisa meratapi kepahitan hidupnya dan mensyukuri apa yang didapatinya, yang dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
“Ini pendapatannya lumayan kalau tidak ada Satpol PP yang kadang menangkap, bisa mencukupi kebutuhan hidup. Dapatnya kalau tidak ada Satpol PP bisa mencapai Rp150 ribu. Kalau ada Satpol PP paling sekitar Rp 50 ribu. Itu buat orang tua juga, kalau buat saya untuk jajan saja paling Rp 20 ribu, sisanya Rp 30 ribu buat orang tua saya,” bebernya.
Tempat Aris dalam mencari pundi-pundi rupiah biasa ia lakukan di lampu merah Sunyaragi jalan Brigjen Dharsono By Pass Sunyaragi, Kota Cirebon, dan di tempat lainnya. Dengan menyusuri ruas jalan, tak jarang dirinya mengalami kelelahan karena perut yang belum diisi, ditambah terik matahari yang terus membakar kulitnya. (Yusuf)