MAJALENGKA, SC- Anjloknya harga gabah hasil panen musim tanam pertama (MT I) tahun ini tidak membuat petani di Majalengka putus asa. Sebaliknya, mereka segera melakukan persiapan untuk melakukan penanaman padi musim tanam kedua (MT II) dengan harapan hasil panennya nanti terjual dengan harga yang layak.
Petani di Desa Baribis, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Daim mengatakan, harga gabah hasil panen MT I sangat mengecewakan. Harga jual gabah jauh berada di bawah harapan petani saat mulai melakukan penanaman.
“Harga gabah jauh dari yang kita harapkan sebelumnya. Harga gabah per kwintal tak sampai Rp 400 ribu, bahkan ada yang hanya terjual Rp 300 ribu per kwintal,” ungkapnya, Senin (29/3/2021).
Harga itu, kata Daim, membuat petani menjerit. Anjloknya harga gabah mengakibatkan petani mengalami kerugian, karena penjualan hasil panen tidak sebanding dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan. Sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi serta upah penggarap yang makin mahal memaksa petani harus mengeluarkan biaya produksi yang makin mahal dibandingkan sebelumnya.
“Kemarin harga pupuknya saja yang non subsidi Rp 6000 per kilogram, karena pupuk subsidi sulit diperoleh setelah adanya keharusan memiliki kartu tani, ya terpaksa memakai pupuk non subsidi karena sudah terlanjur tanam,” ujarnya.
Meski merugi, lanjutnya petani tidak ada pilihan lain, sehingga kembali mengolah lahanya untuk ditanami padi karena sudah masuk MT II tahun. “Kalau tidak tanam, tidak bisa makan karena hanya dengan bertani ini saya menghidupi dan memenuhi kebutuhan keluarga, meski modal kurang ya terpaksa pinjam dulu,” ucapnya.
Yayat, petani lainnya di Desa Ranji Wetan Kecamatan Kasokandel juga mengeluhkan anjloknya harga hasil panen MT I. Menurut dia, biaya produksi pertanian sekarang semakin mahal karena obat-obatan pertanian terus naik. Begitu juga dengan biaya penggarapan lahan yang ikut naik karena makin sulitnya mencari perkerja atau buruh tani.
“Mencari buruh tani sekarang tidak seperti dulu, selain upahnya juga naik. Dan pada saat musim panen harga gabah tidak wajar, satu kwintal dengan kualitas bagus harganya hanya berkisar Rp 375 ribu,” keluhnya.
BACA JUGA: Petani Curhat Soal Anjloknya Harga Gabah
Meski demikian kata dia, kebanyakan petani tidak berdaya karena tidak memiliki modal cukup mulai melakukan tanam di musim berikutnya. “Ya terpaksa meski harganya tak sesuai tetap dijual untuk modal tanam di MT II,” ujarnya.
Seperti petani lainnya, Yayat berharap musim tanam MT II ini hasilnya maksimal. “Dan yang paling penting harganya juga berpihak sehingga petani mendapatkan keuntungan dari kerja kerasnya,” harapnya. (Dins)