SETIAP daerah memiliki kegiatan yang khas untuk dilakukan sambil menunggu waktu berbuka atau yang kerap disebut ngabuburit. Masyarakat Desa/Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon misalnya, memiliki tradisi khas saat ngabuburit yakni menantang maut dengan bermain-main di rel kereta api. Setiap sore, warga memadati rel kereta api Blok Playangan, Desa Kaliwedi Kidul, untuk ngabuburit.
Seolah menjadi kegiatan tahunan yang tidak bisa dihilangkan, semakin lama bahkan masyarakat yang ngabuburit dengan bermain-main di atas rel kereta api aktif itu jumlahnya terus meningkat. Bahkan, banyak warga dari luar Kecamatan Kaliwedi yang sengaja datang untuk sekadar duduk-duduk di atas rel kereta api sambil menanti datangnya kumandang azan magrib.
Mereka yang datang ngabuburit di lokasi tersebut, bahkan didominasi anak-anak tanpa pengawasan orang tua. Seorang warga asal Desa Tegalgubug Lor, Kecamatan Arjawinangun, Moh Yani (42), mengaku rutin ngabuburit di rel kereta api setiap tahunnya.
Ia sengaja datang dengan membawa anak laki-lakinya yang masih berusia 7 tahun untuk menghabiskan waktu menunggu waktu magrib tiba. Dengan ngabuburit di lokasi tersebut, Yani mengaku puas karena pikiran menjadi plong.
“Kalau di rumah saja kan penat dan memang setelah sampai di sini pikiran plong melihat alam di sini,” ujar Yani.
Menurut Yani, rel kereta api memang tempat yang berbahaya untuk ngabuburit. Namun, ia mengaku selalu senang ketika bisa ngabuburit di tempat tersebut. Setiap Ramadhan tiba, ia selalu menyempatkan ngabuburit bersama anak-anaknya bergabung bersama anak-anak lainnya bermain dan duduk-duduk di atas rel. Kendati demikian, ia mengaku tetap mengawasi anaknya saat berada di atas rel kereta api tersebut.
Pasalnya, bisa saja kereta api datang tiba-tiba tanpa disadari anaknya.
“Iya, setiap Ramadhan saya ngabuburitnya disini bersama anak saya. Tapi pastinya saya juga menjaga anak saya disini,” kata Yani.
BACA JUGA: Penyebab Kematian Paus di Cirebon Masih Diteliti
Hal senada dikatakan warga Desa Wargabinangun, Kecamatan Kaliwedi, Nasikin (44). Ia mengaku datang ke lokasi tersebut untuk menyenangkan anaknya yang masih berusia 5 tahun.
Ia juga mengaku sekali waktu menikmati waktu ngabuburit bersama anaknya di lokasi tersebut.
“Kalau ramai seperti ini kan anak-anak merasa senang, saya jadi ikut senang juga,” ujar Nasikin.
Sayang, kata dia, hari pertama ngabuburit ia dan anaknya terjebak kemacetan. Sehingga, ia mengaku merasa kesal dengan kondisi tersebut.
“Tadi jalan di bawah rel kereta api macet lumayan lama ya, jadi setelah terurai saya langsung balik lagi,” katanya. (Islah)