KABUPATEN CIREBON, SC- Sudah sekitar 5 tahun ini kondisi infrastruktur jalan di Desa Kepuh, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon rusak. Padahal, selain prioritas pelayanan kesehatan, pendidikan hingga Penerangan Jalan Umum (PJU), Pemkab Cirebon juga menjanjikan kelaikan infrastruktur jalan bagi masyarakat yang daerahnya terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Warga desa setempat, Mad Kasan (58), mengatakan, jalan yang juga menjadi lalulintas truk pengangkut sampah ke TPA Gunung Santri itu sudah lama tidak diperbaiki. Ia memperkirakan, kerusakan jalan tersebut sudah terjadi 4 sampai 5 tahun terakhir.
“Sekitar empat atau lima tahunan belum diperbaiki,” kata dia, Selasa (28/9/2021).
Hal senada dikatakan warga di Blok Gunung Santri, Desa Kepuh yang mengaku bernama Eli. Ia mengaku masih ingat kerusakan jalan tersebut sudah terjadi sejak dirinya memiliki sepeda motor baru pada lima tahun yang lalu.
“Seingat saya, waktu saya baru beli motor ini, jalan ini sudah rusak,” kata dia.
Kendati demikian, ia memuji langkah Pemkab Cirebon yang telah memberikan kompensasi berupa jaminan kesehatan, PJU dan lainnya kepada warga Desa Kepuh, terutama yang ada di Blok Gunung Santri. Terlebih, saat ini masyarakat Gunung Santri juga sudah “menyatu” dengan keberadaan TPA tersebut. Karena, Pemkab Cirebon telah memberdayakan masyarakat setempat dengan mempekerjakan mereka di TPA. Sehingga kecil kemungkinan masyarakat sekitar akan kembali menolak TPA.
“Yang dulu demo-demo kan sekarang bekerja disitu. Intinya menurut saya sih Pemkab Cirebon sudah bagus,” tuturnya.
Di tempat terpisah, aparat Desa Kepuh, Nono Haryono, mengatakan, keluhan masyarakat saat ini hanya pada kondisi jalan saja. Bahkan, masyarakat meminta perbaikan jalan dilakukan dengan cara betonisasi karena kondisi jalan tersebut tanahnya labil. Ia menjelaskan, keinginan masyarakat tersebut sebenarnya sudah direspons Pemkab Cirebon melalui dinas terkait beberapa waktu lalu. Pihak dinas bahkan sudah meninjau lokasi dan melakukan pengukuran.
“Rencananya yang akan dicor itu dari Blok Mirok sampai jembatan sungai Cogreg saja, jadi tidak semuanya,” ujar Nono.
Menurut Nono, molornya rencana betonisasi jalan tersebut ditengarai akibat adanya pandemi Covid-19. Hal itu, lantaran anggaran di berbagai sektor mengalami refocusing.
“Kami juga menyadari, kami tidak menyalahkan pemerintah karena semua anggaran kan terkena refocusing,” kata Nono.
BACA JUGA: Sampah Liar Luput dari Sisiran Tim Saber Sampah
Namun, Mandor desa tersebut menampik tudingan yang menyebut jalan tersebut tidak ada perbaikan selama 4 sampai 5 tahun. Menurutnya, perbaikan selalu dilakukan Pemkab Cirebon meskipun dengan cara bertahap. Sehingga, kondisi jalan selalu terlihat ada yang rusak meskipun ada juga yang sudah baik.
“Kompensasi dan pelayanan prioritas yang dijanjikan Pemerintah sudah dipenuhi semua. Jadi keluhan masyarakat sekarang hanya pada kondisi jalan saja. Satu tahun lalu memang ada keluhan air cit (air rembesan dari TPA, red) yang berpengaruh ke tanaman. Tapi itu sudah langsung ditanggulangi dan tidak ada masalah,” ungkapnya. (Islah)