KABUPATEN CIREBON, SC- Masyarakat diimbau untuk mewaspadai anomali cuaca yang kerap terjadi belakangan ini. Berdasarkan keterangan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, apabila antara musim hujan dan musim kemarau terjadi tidak seperti biasanya, maka harus diwaspadai adanya cuaca ekstrem.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan kepada Suara Cirebon, Selasa (12/10/2021).
Menurut Alex, dengan kondisi tersebut sejumlah desa di Kabupaten Cirebon mulai kekurangan air bersih. Sedikitnya, ada empat desa yang mulai kekurangan air bersih dan sudah melapor ke BPBD. Ke empat desa itu yakni, Desa Windujaya Kecamatan Sedong, Cikeusal Kecamatan Palimanan, Slangit dan Desa Kreyo Kecamatan Klangenan.
“Tapi yang betul-betul kekurangan air (krisis, red) adalah Desa Windujaya yang sudah kita kirim bantuan air bersih sebanyak 2 tangki. Tapi sekarang sudah mulai ada air kembali,” ujar Alex.
Kendati kekeringan tahun ini dinilai belum mencapai standar tanggap darurat, kata Alex, namun pihaknya tetap akan melakukan pengiriman bantuan air bersih jika ada proposal permohonan dari desa-desa yang membutuhkan.
“Jadi saat proposal on proses, pihak desa bisa memberikan infomasi awal, kemudian kita lakukan antisipasi dan melakukan kegiatan sesuai pengajuan proposal tersebut,” kata Alex.
Sebelumnya, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda, mengatakan, BMKG memprediksi musim hujan tahun ini lebih cepat dari biasanya. Berdasarkan informasi dari BMKG, kata dia, musim hujan tahun ini diprediksi maju dari biasanya. Dimana, pada bulan ini harusnya masih musim kemarau.
“Menurut prediksi BMKG musim hujan sudah mulai pada pertengahan September kemarin,” kata Juwanda, Jumat (8/10/2021).
Selain itu, kata Juwanda, BMKG juga memprediksi musim hujan ini cukup panjang hingga 7 bulan ke depan, yakni, akan berlangsung sampai bulan April tahun 2022 mendatang dengan intensitas hujan yang diprediksi tinggi.
Menurut Juwanda, tingginya curah hujan tersebut bisa mengakibatkan terjadinya bencana hydrometeorology, di antaranya banjir dan tanah longsor.
“Puncak musim hujan akan terjadi pada Desember-Januari. Itu nanti hujannya lebat disertai angin kencang menurut prediksi BMKG,” kata Juwanda.
BACA JUGA: BPBD Kabupaten Cirebon Sumbang Puluhan Ribu Masker Penunjang PTM
BPBD Kabupaten Cirebon sendiri, sambung Juwanda, jauh-jauh hari sudah mempersiapkan peralatan, saran dan prasarana yang dibutuhkan untuk penanggulangan hingga untuk mengevakuasi korban banjir. Pihaknya juga sudah menginventarisir sarana dan prasarana yang dimiliki agar siap saat dibutuhkan.
“Contohnya perahu karet, jangan sampai pada saat dibutuhkan yang dibawa adalah yang rusak,” paparnya.
Untuk wilayah di timur Kabupaten Cirebon, daerah yang menjadi langganan banjir berada daerah yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisanggarung. Sedangkan di wilayah barat, ada di wilayah Kecamatan Susukan, Gegesik hingga Kecamatan Panguragan.
“Sejauh ini ada 15 sampai 17 kecamatan yang terdampak banjir, tapi desa-desanya tertentu di setiap kecamatan itu. Tidak semua desa di kecamatan tersebut banjir semua,” jelasnya. (Islah)