“Ini belum rampung. Kalau di dalam air pasti berlumut. Nah masih memikirkan caranya agar tetap terlihat alami atau natural tapi tidak berlumut,” kata Jaji, belum lama ini.
Ia mengaku dapat membuat kerajinan gerabah dalam bentuk apapun. Hanya saja, karena belum tahu selera pasar juga menjadi alasan belum dilaunchingnya hiasan akuarium gerabah tersebut.
“Bukan hanya masalah finishing. Tapi, karena kita belum tahu selera pasar yang berwarna atau yang natural kita bingung dan belum adanya pesanan juga,” ungkapnya.
Jaji menuturkan ide membuat hiasan akuarium itu muncul saat memperoleh pesanan taman dalam gentong, satu bulan yang lalu. Jaji, membuat produk tersebut karena melihat fenomena hobi memelihara ikan hias yang sedang booming.
“Ide sudah lama ada. Kan di media sosial dan sebagainya. Sedang musim pelihara ikan hias dan ada juga yang memberi saran buat bikin ini (hiasan akuarium),” ujarnya.
BACA JUGA: Satgas Kecamatan Tak Berwenang Eksekusi Pelanggaran Pilwu
Walaupun belum diluncurkan, hiasan itu telah melewati proses pembakaran pada suhu 700 derajat. Melalui kegiatan semacam pelatihan dan adanya temu dengan relasi, ia tetap memajang untuk di promosikan secara langsung, baik di galeri maupun di luar galeri.
Masih kata Jaji, harga per itemnya dipatok kurang lebih Rp25.000. Ia menyebut tidak dapat mematok harga terlalu tinggi terlebih harga di pasaran (media sosial dan market place) hiasan akuarium dari keramik atau tanah putih juga tak terlalu mahal. (Sarrah/Job)