CIREBON, SC- Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) menggelar seminar internasional tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di salah satu hotel di wilayah Kedawung, Kabupaten Cirebon, Rabu (17/11/2021).
Kegiatan bertema “Redefining the Effective Approach for Developing Early Childhood in the Post-Pandemic Era” ini terselenggara hasil kerja sama UMC dengan Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP).
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMC, Dr Dewi Nurdianti SST MPd menjelaskan, SEAMEO CECCEP merupakan organisasi dari Kementerian Pendidikan di Asia Tenggara yang bergerak terkait anak usia dini.
“Itu kenapa alasannya kita mengambil tema tentang anak usia dini,” kata Dewi di sela-sela kegiatan.
Dia menjelaskan, seminar yang laksanakan secara luring dan daring tersebut membahas terkait bagaimana cara pendekatan pembelajaran untuk anak usia dini di era pascapandemi. Bahkan, kegiatan ini pun diikuti peserta dari bergai daerah, seperti Jakarta, Bogor, Jogja, dan lainnya.
“Untuk kegiatan ini kami menghadirkan pemateri dari berbagai negara. Pemateri dari luar negeri ada 4, yaitu dari Jepang, New Zealand, Perancis, dan Jerman. Kalau dari dalam negerinya ada dari kampus kita sendiri yaitu UMC,” jelasnya.
Tujuan kegiatan ini, Dewi menerangkan, yaitu dapat menjadi wadah bagi para akademisi untuk mempublikasikan terkait pembelajaran-pembelajaran di era pascapandemi yang sudah mereka lakukan.
“Jadi lebih ke penelitian ya, jadi untuk mendiseminasikan terkait penelitian-penelitian yang mereka lakukan terkait pembelajaran di post-pandemic era (era pascapandemi) ini khusus untuk anak usia dini,” terangnya.
Sementara itu, Rektor UMC, Arief Nurudin MT memapar, untuk pendidikan anak usia dini di era pascapandemi ini membutuhkan format baru. Sehingga, pihaknya butuh menemukan banyak teori dan penemuan agar pendidikan anak usia dini ini bisa berekspansi lagi dalam pembelajarannya.
“Banyak hal, seperti metode pendidikan pascapandemi yang semuanya daring. Bagaimana teknologi daring itu dikemas agar anak-anak juga bisa merasa senang dan bergembira,” paparnya.
Menurut Arief, kendati saat ini suda ada teknologi yang menggabungkan benda maya dua ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata lalu memproyeksikan secara realitas dalam waktu nyata yang bernama Augmented Reality (AR). Namun, teknologi tersebut juga perlu kajian lebih lanjut.
“Karena kalau anak usia dini itu tidak seperti anak SD (Sekolah Dasar) ke atas,” katanya.
BACA JUGA: UMC Gandeng University College London Bahas Riset Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Untuk itu, Arief menjelaskan, banyak makalah-makalah dari dosen yang harus dipublikasikan secara internasional, sehingga temuan-temuan mereka juga bisa diketahui publik secara luas.
“Kita mengumpulkan para peneliti dengan penelitiannya masing-masing, kemudian akan di-conference-kan dan nanti bisa kita adopsi mana yang paling cocok dari teori temuan para peneliti itu yang bisa kita pakai. Kebetulan kita juga ditunjuk menjadi pusat kajian pendidikan anak-anak usia dini, seperti pengembangannya, guru-guru PAUD mungkin se Indonesia, karena menjadi rujukan nasional,” ujarnya.
Arief berharap, seminar internasional tersebut bisa terus berlanjut, karena inti dari dosen atau universitas merupakan peneliti.
“Dosen itu harus meneliti, hasil penelitiannya itu dikembangkan menjadi modul bahan ajar yang terkini, sehingga anak-anak yang berlajar dengan dosen yang bersangkutan bisa mendapatkan materi yang paling update dan hasilnya diterapkan kepada masyarakat untuk diimplementasikan,” tandasnya. (Arif)