KABUPATEN CIREBON, SC- Keluarga besar Keraton Singapura Cirebon berharap, keberadaan Keraton Singapura sebagai bagian dari sejarah peradaban dan cikal bakal Kerajaan Islam Cirebon diakui pemerintah dan masyarakat.
Hal itu mengemuka dalam Sarasehan Babareng Sejarah Singapura yang digelar Keluarga Keraton Singapura Cirebon di Desa Mertasinga, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Hadir dalam kegiatan tersebut, Sultan Kecirbonan Sultan Abdul Gani, Komisi I DPRD Kabupaten Cirebon, R Hasan Basori, perwakilan Lanal Cirebon, Ketua FKKC, salah seorang pengasuh Ponpos Gedongan, KH Abdul Hayi, para kuwu di sekitar Keratuan Singapura dan lainnya.
Ketua Panitia Sarasehan, KH Abdul Muiz mengatakan, sarasehan tersebut diharapkan dapat menyingkap tabir eksitensi Kerajaan Singapura sebagai cikal bakal sebagai Kerajaan Islam Cirebon berdasarkan perspektif filologi, arkeologi arsip sejarah dan khazanah cerita tutur.
BACA JUGA: Gegesik Kulon Lestarikan Budaya Tari Topeng
Menurutnya, sarasehan diadakan dalam rangka penguatan gerakan literasi sejarah terkait dengan sejarah Islam masa lalu.
“Dalam catatan sejarah Islam di nusantara itu ada fase sejarah Islam Cirebon. Itu yang muncul ke permukaan belum sampai jauh di era sebelumnya. Yang kita tahu selama ini hanya di era keemasan. Padahal jauh sebelum itu, ulama-ulama yang mendakwahkan Islam, memperkenalkan Islam, tokoh-tokoh muslim misalnya Syekh Kuro, Syekh Nurjati, tokoh-tokoh yang konon katanya dibawa oleh Laksamana Cheng Ho belum banyak diungkap,” kata Muiz kepada Suara Cirebon, Kamis (24/2/2022).
Hal itu, lanjut Muiz, menjadi bukti bahwa Islam sebenernya sudah mulai berkembang jauh sebelum era kejayaan Kerajaan Islam Cirebon. Menurutnya, Islam sudah hidup di era Keratuan Singapura.
“Orang masih meragukan apakah Keratuan Singhapura itu ada atau tidak? Nah kegiatan sarasehan ini membuktikan bahwa Singhapura itu ada dan dulu corak keislamannya sudah mulai muncul di sana. Ini yang harus kita angkat ke permukaan sebagai data sejarah yang harus diteliti sesuai kaidah-kaidah ilmiah,” ujarnya.
BACA JUGA: Kisah Pilu Wawan Lestarikan Kesenian Wayang Wong
Sementara itu, Pemangku Adat Mertasinga, Raden Udin Kaenudin mengatakan, untuk menjawab keraguan atas keberadaan Keratuan Singapura, pihaknya sengaja mengundang sejumlah ahli sejarah.
“Kami mengundang Dr. Eva sebagai sejarahwan, Muhtar dari filolog, Mustakim Asteja dari arsip, Keraton Kecirebonan, perwakilan dari Keraton Kasepuhan, ulama dari Gedongan, Raden Hasan Bashori, dan tokoh masyarakat seperti Kliwon Sanudin serta kliwon Rudin, dan semuanya itu menyatakan bahwa dari beberapa aspek Keratuan Singapura itu ada,” katanya.
Setelah diakui para ahli sejarah, pihaknya ingin agar keberadaan Keraton Singapura juga diakui pemerintah dan masyarakat.
“Tujuan diadakan sarasehan ini agar keberadaan Keraton Singapura ini diakui oleh pemerintah dan masyarakat,” tegasnya.
BACA JUGA: Tradisi Pasang Panjeran di Desa Kalideres Cirebon Harus Dipertahankan
Salah satu bentuk pengakuan dan perhatian, dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten Cirebon dengan mengundang pihak Keraton Singapura saat acara Hari Jadi Kabupaten Cirebon.
“Sebagai tindak lanjut kami akan melayangkan surat ke Komisi IV DPR untuk audensi tentang pendidikan dan kebudayaan. Kita ingin audensi tentang Keraton Singhapura sehingga betul-betul nanti Keraton Singhapura diakui oleh pemerintah,” pungkasnya. (Vicky)