KABUPATEN CIREBON, SC- Anggota DPRD Kabupaten Cirebon dari Fraksi PKB, H Darusa menyoroti anjloknya harga gabah petani di saat musim panen tiba.
Hal tersebut diutarakannya pascakegiatan pembinaan tentang wawasan kebangsaan, ketahanan nasional dan ekonomi, yang dilaksanakan di Kantor Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Selasa (5/4/2022).
Menurut Darusa, Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah penyuplai beras yang potensial di Indonesia. Ironisnya, lanjut Darusa, kenyataan di lapangan nasib petani sangat memprihatinkan. Pasalnya, saat hendak menjual gabah hasil dari panen harganya sangat anjlok. Akibatnya hasil yang diperoleh petani di Kabupaten Cirebon tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
“Belum lagi para petani diawal sudah mengalami kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi,” ungkapnya.
BACA JUGA: Jual 90 Ton Gabah, Mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Cirebon Akhirnya Ditahan
Darusa mengatakan, kondisi ini membuat para petani kian terpuruk. Saat ini, lanjut Darusa, harga gabah kering panen kisaran Rp3.800, sementara gabah kering giling di kisaran Rp4.400 per kilogram (kg)-nya. Menurutnya dengan harga tersebut ini tidak sebanding.
“Saya sebagai anggota DPRD mendorong Pemkab Cirebon maupun pihak-pihak terkait untuk bisa memperbaiki masalah yang selama ini dialami oleh para petani, baik masalah pengadaan pupuk bersubsidi, kemudian bagaimana produksi hasil petani dapat terserap,” ujarnya.
Ia mengatakan, salah satu faktor anjloknya harga jual gabah para petani karena hasil produksi tidak terserap baik oleh pasar dalam hal ini Bulog.
BACA JUGA: Luas Lahan Persawahan di Kabupaten Cirebon 46 Ribu Hektare, Ketahanan dan Kebutuhan Pangan Aman
Darusa pun menyampaikan, permasalahan harga gabah maupun kebutuhan pupuk bagi para petani harus ditunjang oleh pemerintah dengan melibatkan semua pihak terkait, termasuk melakukan kerja sama dengan Bulog.
“Saat ini yang dinilai paling efektif untuk menampung hasil panen para petani adalah Bulog, akan tetapi saat ini kondisi penerimaan gabah petani ke Bulog programnya sedang terhenti,” ujarnya.
Dirinya belum mengetahui secara pasti penyebab terhentinya program tersebut. Pihaknya pernah mendatangi Bulog untuk mempertanyakan kondiai tersebut. Namun, jawaban yang diterima begitu mencengangkan yakni karena penyerapan gabah dari petani dari sejak tahun 2019 sampai 2021 masih belum bisa dijual.
“Berharap agar para petani untuk bersabar dengan kondisi saat ini, jangan kapok menanam padi, kita masih berupaya bagaimana menanggulangi persoalan ini,” ungkap Darusa.
Lebih lanjut Darusa juga mengungkapkan, pada tahun sebelumnya, pemerintah meluncurkan program ketahanan pangan, dimana semua sektor termasuk TNI dan Polri bersama-sama memastikan ketersediaan pangan terpenuhi.
BACA JUGA: Lahan Rendah Sebabkan Sawah Bayalangu Banjir
“Saat itu ada Saber Pangan juga antara bulan Januari dan Februari dimana sedang berlangsung panen raya di Pulau Jawa. Bulog menampung hasil panen, kemudian di bulan Maret gabah yang dibeli Bulog didistribusikan ke luar Pulau Jawa, sehingga semua bisa aman,” katanya.
Menurutnya, solusi atas masalah ini mungkin harus diupayakan kembali seperti dulu.
“Dengan demikian Bulog nantinya akan menyerap sebanyak-banyak hasil produksi yang memenuhi syarat, sehingga harga gabah dari para petani bisa stabil bahkan mengalami kenaikan dan ini akan berdampak kepada kesejahteraan petani itu sendiri,” pungkasnya. (Baim)