KABUPATEN CIREBON, SC- Ambruknya tiga ruang SMPN 1 Kaliwedi sudah diketahui Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon. Dari tinjauan yang sudah dilakukan, pihak Disdik menyarankan agar bangunan SMPN 1 Kaliwedi ditata ulang pascaambruknya tiga ruang tersebut.
Plt Kepala Disdik Kabupaten Cirebon, Ronianto mengatakan, langkah yang harus ditempuh untuk penataan ulang tersebut ialah dengan cara melakukan penghapusan aset terlebih dahulu. Pihak SMPN 1 Kaliwedi diminta segera mengusulkan penghapusan aset berupa bangunan yang ambruk tersebut.
“Saya berpendapat (asetnya, red) dihapuskan, karena nanti sekolah akan lebih bagus dilihat dari depan,” kata Roni.
BACA JUGA: Tiga Ruang Laboratorium IPA SMPN 1 Kaliwedi Ambruk
Setelah dilakukan penghapusan aset, kata Roni, nantinya eks bangunan yang ambruk bisa dijadikan halaman sehingga halaman sekolah akan lebih luas. Sehingga, dari sisi esetika pun akan terlihat lebih bagus karena posisi bangunan yang ketika belum ambruk membelakangi jalan.
“Kalau itu dihapuskan menjadi halaman, nanti halamannya akan luas dan akan lebih bagus dari sisi estetika daripada dibangun kembali. Karena ruang kelasnya juga masih mencukupi,” terangnya.
Roni menjelaskan, ambruknya tiga ruang lab tersebut disebabkan karena lama tidak digunakan. Pihak sekolah sudah merencanakan akan direhab.
BACA JUGA: Sungai Soka Meluap, Jembatan Ambruk
Informasi yang dihimpun Suara Cirebon menyebutkan, sebenarnya usia bangunan yang ambruk masih terbilang muda, yakni sekitar 16 tahun. Tiga ruang lab tersebut dibangun sekitar tahun 2006 silam.
Mantan Kuwu Desa Prajawinangun Kulon, Kecamatan Kaliwedi, H Samadi mengatakan, saat dirinya menjabat sebagai kuwu, bangunan tersebut sudah berdiri.
Menurut Samadi, bangunan tiga ruang tersebut sudah berdiri sejak dirinya belum menjadi Kuwu.
“Pembangunan itu bukan di jaman saya, kalau saya kan menjabat tahun 2009. Ya mungkin dibangun sekitar tahun 2006-an,” ujar Samadi.
Namun, ia juga melihat sejak awal kondisi atap bangunan yang saat itu masih baru, sudah sedikit melengkung.
“Dari awal juga saya lihat atapnya sudah ngendoyot (kondisi atap yang melengkung, red) tengahnya,” paparnya.
BACA JUGA: Waspada Hepatitis, Dinkes Kabupaten Cirebon Sebar Edaran Kewaspadaan
Diberitakan sebelumnya, tiga ruang laboratorium SMPN 1 Kaliwedi, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon mendadak ambruk. Peristiwa ambruknya bangunan ini terjadi pada Senin sore (9/5/2022) sekitar pukul 15.00 WIB. Diduga, bangunan ambruk akibat kondisi material sudah rapuh.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Pihak sekolah sudah lama mengosongkan bangunan tersebut karena kondisinya sudah mengkhawatirkan akibat bangunannya rapuh.
Menurut penjaga sekolah SMPN 1 Kaliwedi, Haris (49), ambruknya ruang lab tersebut diketahui pertama kali oleh warga setempat yang rumahnya tidak jauh dari sekolah. Ia sendiri mengetahui ambruknya ruangan tersebut saat melakukan kontrol rutin pada malam harinya.
“Ya ambruk begitu saja,” ujar Haris, Selasa (10/5/2022).
Menurut Haris, bangunan tersebut sudah dikosongkan sekitar satu tahun terakhir. Sejumlah komputer dan perlatan lab lainnya sudah diamankan pihak sekolah ke ruangan lain. Namun, ada sekitar 20 mesin jahit yang biasa dipakai untuk praktek anak sekolah, tertimpa robohnya material karena belum sempat dipindahkan.
“Hanya mesin jahit saja yang masih ada di dalam. Kalau peralatan lab seperti komputer, mikroskop dan lain-lainnya sudah dipindahkan ke ruangan lain, jadi aman,” kata Haris
BACA JUGA: BMKG Perkirakan Cuaca Panas hingga Pertengahan Mei
Ia menjelaskan, sebenarnya dari tiga ruang yang ambruk itu tidak ambruk bersamaan pada Senin kemarin. Salah satu ruangan sudah ambruk lebih dulu sekitar dua bulan yang lalu. Saat itu, kata Haris, juga tidak ada peralatan lab yang tertimpa. Karena, pihak sekolah sudah mengantisipasi kejadian tersebut jauh-jauh hari sebelumnya.
“Itu memang karena sunannya sudah melengkung sejak lama, kuda-kudanya juga sudah rapuh,” paparnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Kaliwedi, Basir, SPd, MA, menyampaikan, ambruknya bangunan tersebut sudah ditinjau langsung oleh Plt Kadisdik Kabupaten Cirebon kemarin. Dari hasil tinjauan tersebut, pihak Disdik menyarankan pihak sekolah untuk mengajukan permohonan penghapusan aset. Mengingat, bangunan yang ambruk tersebut memang sudah tidak difungsikan lagi sejak lama.
“Jadi biar tidak menambah beban biaya perawatan. Karena memang itu sudah tidak digunakan. Kebetulan ruangan yang ada masih cukup untuk menampung belajar para siswa,” terangnya.
Kendati demikian, pihaknya mengaku belum mengambil keputusan resmi terkait langkah yang akan ditempuh untuk kelanjutan bangunan tersebut kedepan. Ia mengaku harus memusyawarahkannya terlebih dahulu dengan para guru dan sejumlah pihak terkait.
“Sebelumnya dari kecamatan sudah menjanjikan akan dibangun pada tahun 2023. Makanya kami sekarang belum memutuskan apakah dibangun atau dihapus asetnya. Nanti musyawarah dulu,” ungkapnya. (Islah)