Pasalnya, lanjut Suriyan, derita para petani garam di Desa Rawaurip terus bertambah, selain persoalan harga garam tak kunjung selesai.
Ditambah sekarang ini muncul permasalahan yang baru, yakni sarana infrastruktur breakwater yang ada amblas, sehingga ratusan tambak garam tenggelam oleh banjir rob.
Dikatakannya, dulu tanah tambak miliknya ada sekitar 100 hektare, namun semenjak tahun 1990-an tanah miliknya mulai diserang abrasi hingga lahan tambak miliknya habis terkena abrasi.
BACA JUGA: Begini Cara Benar Mengkonsumsi Garam, Jangan Sampai Keliru
“Kami bersama beberapa kuwu, sudah lama melakukan permohonan untuk melakukan pembangunan breakwater, namun sampai habis tak pernah terwujud. Dan kami hanya disarankan untuk menanam pohon bakau,” jelas Suriyan.
Dijelaskan Suriyan, sekitar tahun 2013, sepanjang pantai di wilayah Desa Rawaurip dan pantai di Kecamatan Pangenan mendapatkan program pembangunan breakwater, tujuannya saat itu selain mencegah abrasi juga untuk menahan air rob agar tidak mengganggu proses produksi garam.
BACA JUGA: Perajin Rotan Kesulitan Jual Produk ke Luar Negeri, Keranjang Rotan Tegalwangi Dihakpaten Brand Luar