“Yang terpenting itu menerapkan gerakan 3M plus PSN, agar nyamuk tidak berkembang biak. Kami memang sudah mengurangi pengasapan, karena kurang efektif,” kata Lukman.
Sementara terkait kasus DBD di tahun 2022 kemarin, Lukman menyebut jumlahnya mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan tahun 2021, dengan kasus terbanyak berada di Kecamatan Plumbon.
Menurut Lukman, selama tahun 2022, kasus DBD mencapai 1.815 kasus. Dari jumlah tersebut, 11 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2021, jumlahnya hanya 820 kasus.
“Meskipun selisihnya hampir seribu kasus, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tidak menetapkan kasus ini sebagai kejadian luar biasa (KLB),” terang Lukman.
Meski angka kasus kematian di tahun 2022 mencapai 11 orang, lanjut Lukman, namun secara persentase masih lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya.
“Jumlah kematian akibat DBD memang ada 11 orang atau 0,5 persen. Tapi secara persentasi itu masih lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,8 persen,” ucapnya.
Ia menjelaskan, kasus terbanyak dari peningkatan yang terjadi pada tahun ini berada di lima kecamatan, yakni Kecamatan Plumbon, Plered, Weru, Palimanan dan Kecamatan Depok.***