SUARA CIREBON – Memang sulit meemukan sesuatu yang ideal. Dari dulu sampai sekarang, isu krusial mengenai arus balik dan arus mudik selama lebaran adalah soal antrian, penumpukan arus lalu lintas hingga kemacetan.
Namun kini, setelah arus balik dan arus mudik relatif lancar di tahun ini, kegembiraan dialami para pemudik karena bisa cepat sampai ke kampung halaman, atau lekas sampai saat kembali ke Jakarta.
Tapi tahukah Anda, ternyata justru ada sebagian masyarakat yang justru merana. Mereka menelan kerugian, justru akibat arus mudik dan arus balik yang lancar.
Ini dialami masyarakat di sepanjang jalur utama pantura Indramayu hingga Cirebon. Kemungkinan juga dialami masyarakat di pantura Karawang hingga Subang.
Kenapa warga pantura Indramayu hingga Cirebon merana ? Ya, gara-gara arus mudik dan arus balik lancar, dagangan mereka justru kurang laku alias boncos.
Ini berbeda jika di jalur utama pantura terjadi kemacetan, penumpukan arus lalu lintas atau antrian kendaraan.
Jika terjadi antrian atau penumpukan, memungkinkan potensi dagangan mereka laku lebih besar, karena pemudik akhirnya memilih istirahat di sepanjang jalur utama pantura Indramayu hingga Cirebon.
Andai terjadi kemacetan, bahkan menjadi berkah luar biasa bagi warga di pantura yang membuka warung dadakan di sepanjang jalur utama tersebut.
“Kalau macet, berarti pemudik akan memilih berhenti. Saat itu mereka membelanjakan uang untuk membeli dagangan kami,” tutur Rojani (47 tahun), warga Desa Ilir, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Kandanghaur, merupakan salah satu kecamatan yang dilewati jalur utama pantura. Tiap lebaran, warga Kandanghaur sampai Losarang, berharap bisa “marema”, membuka warung dadakan yang biasanya laku keras saat arus mudik dan arus balik.
“Saya sudah siapin 10 dus mie gelas, cuma laku 3 dus. Air mineral juga masih banyak, padahal sekarang arus balik sudah mulai sepi,” tutur dia.
Edib Alifudin, warga Desa Jangga, Kecamatan Losarang juga mengungkapkan keluhan sama. Gara-gara arus mudik dan arus balik lancar, desanya hanya dilewati saja oleh para pemudik.
“Ada yang mampir tapi jumlahnya sedikit,” tutur Edib yang juga berjualan berbagai jenis minuman dan mie instan.
Menurut Edib, lebaran kali ini tidak seperti lebaran sebelumnya. Jumlah pemudik, terutama pemudik sepeda motor yang melewati pantura terlihat lebih ramai dan banyak.
“Tapi mereka lewat saja. Jarang yang mampir. Kalau pemudik mobil jumlahnya menurun. Mungkin karena lewat jalan tol,” tutur Edib.
Penyebab menurunya omset dagangan warga pantura ialah banyaknya Pospam Lebaran, baik oleh jajaran kepolisian maupun lembaga-lembaga lain yang membuka posko lebaran.
“Pemudik sepeda motor lebih banyak istirahat di pos-pos jaga. Juga di minimarket maupun masjid. Jarang banget yang berhenti di tempat kami jualan,” tutur Edib.
Rata-rata warga pantura Indramayu hingga Cirebon, mengaku akhirnya dagangannya yang tidak laku akhirnya dikonsumsi sendiri.
“Terpaksa dikonsumsi sendiri. Ya hitung-hitung untuk jajan sendiri aja,” tutur Edib.***