SUARA CIREBON – Pengasuh Pondok Pesantren Bendakerep, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, KH Miftah Faqih memastikan, penggunaan tinta sebagai tanda warga negara sudah menggunakan hak pilihnya di Pemilu 2024, tidak dilarang di TPS-TPS yang ada di Benda Kerep.
“Enggak (tidak menolak tinta, red), tinta tetap ada, boleh kok. Hanya, kita mempertahankan kearifan lokal,” ungkap KH Miftah, usai berbincang dengan Ketua KPU Provinsi Jawa Barat, Ummi Wahyuni, Selasa, 23 Januari 2024.
Kiai Miftah menuturkan, penggunaan kunyit sebagai pengganti tinta penanda dalam Pemilu sudah diterapkan sejak pemilu pertama di era reformasi tahun 1999 silam.
Sampai saat ini, penggunaan kunyit sebagai pengganti tinta penanda telah melewati beberapa kali pemilu dan tetap diterapkan di tiga TPS yang ada di kawasan Ponpes Bendakerep, karena dinilai sebagai kearifan lokal.
“Penggunaan kunyit sejak pas zaman Gus Dur jadi presiden, di sini sudah pakai kunyit. Juga ada yang pake tinta. Sebetulnya sih, tinta pun gak masalah, karena itu sudah diteliti sampai dengan bahtsul masail dan sebagainya, itu tidak masalah,” jelasnya.
Menurutnya, Bendakerep pernah dikunjungi komisioner KPU RI terkait penggunaan kunyit sebagai pengganti tinta penanda warga yang telah menyalurkan hak pilihnya dalam pemilu. Pada saat itu, ia berkelakar, Bendakerep mendorong penyelenggara pemilu untuk menerapkan kearifan lokal tersebut, dan mengganti tinta dengan kunyit untuk pemilu di seluruh Indoensia.
“Cuma, kami ingin mempertahankan kearifan budaya lokal, malah dulu KPU pusat pernah datang ke sini. Saya sampaikan, lebih baik pakai kunyit saja se-Indonesia, biar pemilu juga bisa meningkatkan perekonomian petani kunyit,” ucapnya.
Dengan demikian, lanjut dia, pesta demokrasi lima tahunan tersebut, tidak hanya dirasakan oleh para elite politik, namun juga masyarakat khususnya para petani kunyit, karena komoditas mereka digunakan sebagai pengganti tinta.
“Saya itu ingin memunculkan tinta dengan kunyit itu tidak ada beda, artinya tidak beda jauh ya. Untuk beberapa hari, kunyit itu masih tetap ada, ciri orang yang sudah mencoblos. Jelang Pemilu, semua petani (kunyit, red) bisa ikut pesta, ekonomi rakyat juga terangkat. Jadi, Pemilu benar-benar jadi pesta rakyat juga, pesta pemerintah juga,” pungkasnya.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.