SUARA CIREBON – Bulan suci Ramadan menjadi bulan yang cukup baik, tidak hanya untuk umat Islam. Namun, berkah bulan Ramadan ini juga dirasakan oleh sejumlah petani timun suri yang ada di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Timun suri sendiri adalah sebuah varietas buah yang terkenal dengan kandungan airnya yang melimpah dan rasa yang menyegarkan, menjadi bintang di bulan Ramadan. Timun suri sendiri biasanya disajikan dalam bentuk olahan dengan sirup dan es batu.
Salah satu petani timun suri, Nadi yang merupakan warga Desa Pangkalan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon ini mengaku kalau permintaan timun suri sebelum dan bulan Ramadhan ini terus mengalami peninggalan. Permintaan timun suri pada tahun ini menurutnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Bulan Ramadan selalu membawa keberkahan tersendiri bagi kami, dimana permintaan timun suri meningkat drastis. Dan kami mulai sibuk sejak sore hari, melayani pembeli yang mencari buah segar untuk berbuka,” ujar Nadi, saat ditemui Senin, 18 Maret 2024.
Bulan puasa kali ini, dikatakan Nadi, permintaan timun suri lumayan cukup tinggi, meskipun cuaca tidak menentu. Kadang panas dan kadang hujan, namun minat masyarakat terhadap timun suri belum terkalahkan.
“Untuk tahun ini timun suri mengalami kenaikan, namun tidak segnifikan. Walaupun ada. Kenaikan pembeli tetap saja mencari, karena timun suri bagi sebagian masyarakat menjadi wajib ada pada bulan suci ini,” tuturnya.
Namun, Nadi mengatakan tantangan dalam menjual timun suri tetap lah ada. Kondisi tanah yang lembab akibat hujan sering kali membuat buah yang baru berumur beberapa hari menguning dan membusuk, sebuah risiko yang harus dihadapi para petani.
“Meski ada sedikit kenaikan harga, kami merasa terberkati. Semoga, hasil penjualan ini membawa lebih banyak keberkahan lagi bagi kami semua,” ujar Nadi.
Biaya yang dikeluarkan untuk menanam hingga panen timun suri tidaklah kecil, mencapai sekitar Rp3 juta rupiah untuk lahan berukuran 200×30 meter, termasuk biaya tenaga kerja, obat-obatan, dan pupuk. Namun, hasilnya cukup memuaskan.
“Saat ini, kami baru melakukan panen sebanyak tiga kali dengan total 350 kilogram. Hasil panen biasanya fluktuatif, tapi kami bersyukur bisa panen hingga 10 kali,” tambahnya dengan nada optimis.
Cerita dari Desa Pangkalan ini tidak hanya tentang timun suri, tapi juga tentang kegigihan, harapan, dan keberkahan yang mengalir di bulan Ramadan. Tradisi, ketekunan, dan ekonomi lokal berjalin menjadi satu, menghidupkan kembali semangat dan makna dari bulan suci yang penuh berkah ini.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.