SUARA CIREBON – Handphone (HP) milik Suharsono alias Bondol dan Suparman alias Parman disita penyidik Polda Jabar.
HP ketiganya disita untuk didalami percakapan antara Bondol dan Parman. Sedangkan Sandi Ibnu Zalil alias Ibnu tidak ditelusuri percakapannya karena tidak memiliki HP.
Penyitaan HP Bondol dan Parman setelah keduanya diperiksa penyidik Polda Jabar pada Jumat sore hingga tengah malam.
Selain Parman dan Bondol, Ibnu juga ikut diperiksa. Ketiganya dimintai keterangan di ruangan terpisah di Polda Jabar.
Masing-masing dicecar 30 sampai 35 pertanyaan. Pengacara Bondol, Toni RM mengungkapkan, pemeriksaan berjalan lancar.
“Lancar. Bondol menjawab semua pertanyaan penyidik,” tutur Toni RM.
Pertanyaan penyidik seputar keberadaan Bondol pada Sabtu malam tanggal 27 Agustus 2016 saat terjadi insiden kematian Vina dan Eky.
Selain itu, juga diminta kesaksian soal keberadaan Pegi Setiawan yang kini ditahan Polda Jabar dengan tuduhan sebagai otak di balik kematian Vina dan Eky Cirebon.
Mengenai HP yang disita, Toni RM menuturkan, penyidik meminta memeriksa percakapan Bodol dan Parman.
“Ini untuk memperjelas pengakuan keduanya. Nggak masalah. Ini hanya peminjaman sementara, hanya sekitar tiga hari,” tutur Toni RM.
Toni RM menjelaskan, kesaksian Bondol sangat penting. Karena pada malam terjadi kematian Vina dan Eky, Bondol ada di dua tempat berbeda.
“Bondol ini saksi kunci. Malam itu ada di Bandung sekaligus ke Cirebon. Ia pulang dario Bandung ke Cirebon. Sempat melihat ada kerumunan orang ramai di fly over tempat mayat Vina dan Eky tergeletak,” tutur Toni RM.
Kebetulan rumah Bondol dengan fly over jaraknya dekat. Bondol turun di jalan tol naik bus Goodwill dari Bandung.
“Ia turun dari bus, lalu lewat pagar melewati kolong jembatan tol. Disitu ia melihat orang pada naik ke atas ke fly over karena ada mayat korban kecelakaan,” tutur Toni RM.
Meski 8 tahun lalu, peristiwa itu sangat membekas dingatan Bondol. Memori itu kini terungkap kembali ketika dihadapkan pada nasih Pegi Setiawan, teman kerjanya sesama kuli bangunan yang malam itu ada di Bandung.
“Memang ingatan orang itu cepat lupa. Tapi untuk hal-hal yang penting, biasanya selalu ingat. Andai saja kematian Vina dan Eky tidak dikaitkan dengan nasib Pegi, mungkin bagi Bondol biasa saja. Ini sangat wajar, seperti masing-masing kita selalu mengingat momen-momen penting dalam hidup,” tutur Toni RM.
Bagi Bondol kematian Vina dan Eky menjadi segar dalam ingatannya justru karena dikaitan dengan tuduhan terhadap Pegi Setiawan. Artinya itu peristiwa yang sangat istimewa sehingga bisa diingat kembali.
Sementara itu, Bondol kepada penyidik Polda Jabar, diantaranya menegaskan bahwa Pegi Setiawan tidak pernah dipanggil dan dijuluki Perong.
“Setahu saya, tidak ada yang memanggil Pegi itu Perong. Kalau ada yang manggil Robi itu di Bandung, saya tidak tahu juga kenapa,” tutur Bondol.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.