SUARA CIREBON – Warga Dusun 3 Karanganyar, Desa Gumulunglebak, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, mengeluhkan keberadaan pabrik pengolahan tahu yang ada di dusun tersebut.
Pasalnya, bahan bakar untuk memproduksi tahu diduga menggunakan limbah plastik serta rongsokan, tanpa kayu bakar atau sekam padi.
Dampaknya, warga sekitar menjadi terganggu karena sesak nafas akibat sisa plastik atau rongsok yang seharusnya didaur ulang secara khusus justru dibakar dengan cerobong asap terbuka yang sangat mencemari lingkungan.
Kuwu Gumulunglebak, Akman Sodikin, mengaku, kondisi itu sudah terjadi sejak pabrik tahu berdiri. Di masa pemerintahan kuwu sebelumnya, lanjut Akman, pemilik pabrik tahu pernah ditegur dan beralih menggunakan kayu bakar. Namun tak berselang lama, pemilik kembali memanfaatkan limbah plastik sebagai bahan bakar.
Ia mengaku banyak menerima keluhan warga di sekitar pabrik pengolahan tahu. Dimana, saat beroperasi asap hasil pembakaran hitam pekat bahkan mengeluarkan aroma menyengat dan membuat sesak pernafasan.
“Ada beberapa warga yang mengeluh dan mengadu ke saya, dimana saat pabrik tahu tersebut beroperasi, warga merasakan sesak nafas karena dampak asap pembakaran dari bahan yang digunakannya,” ujar Akman, Sabtu, 27 Juli 2024.
Dari hasil survai langsung ke lokasi, menurut Akman, didapati pabrik tersebut diduga menggunakan bahan bakar dari limbah plastik atau rongsok. Ia mengaku tidak mengetahui sumber limbah plastik yang digunakan pabrik tahu tersebut.
“Informasinya, pabrik tersebut menggunakan bahan bakar dari limbah plastik,” ungkapnya.
Akman mengatakan, di desanya setidaknya ada tiga pabrik pengolahan tahu, namun dari ke tiga pabrik tersebut hanya satu yang dikeluhkan warga, lantaran asap pembuangan dari pabrik itu menyebabkan sesak nafas dan aroma yang kurang sedap.
Pihaknya menyayangkan penggunaan limbah plastik untuk dijadikan sebagai bahan bakar oleh pabrik pengolahan tahu tersebut. Terlebih lokasi pabrik tahu itu dekat dengan permukiman dan sarana olah raga yang kerap digunakan anak-anak untuk latihan sepakbola.
“Saya sendiri merasakan asap pembakaran sangat sesak, gimana nasibnya anak-anak yang sedang olahraga ketika pabrik tersebut beroperasi, tentu sangat mengganggu kenyamanan. Intinya selain aroma baunya tidak enak juga yang bisa mencemari lingkungan,” jelasnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, pihaknya akan bermusyawarah dengan berbagai pihak untuk mencari solusi terbaik, agar apa yang dikeluhkan masyarakat dapat terselesaikan. Khususnya, terkait penggunaan bahan bakar limbah plastik oleh pabrik pengolahan tahu tersebut.
“Kami masih berupaya mencari solusi untuk membereskan permasalahan ini,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.