SUARA CIREBON – Masyarakat Desa Gunungsari, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, mengaku sudah sangat jenuh menjadi langganan banjir yang terjadi setiap tahun, saat memasuki musim penghujan.
Ironisnya, penanganan yang dilakukan pihak-pihak terkait, belum bisa menyelesaikan masalah banjir. Bahkan sebaliknya, setiap tahunnya ketinggian banjir yang dirasakan masyarakat justru semakin bertambah.
Anggota BPD Gunungsari, Muhtoni, mengungkapkan, banjir yang sering kali melanda sejumlah blok, diakibatkan luapan air Sungai Ciberes yang melintasi desanya. Menurut Muhtoni, saat hujan dengan intensitas tinggi, Sungai Ciberes tak mampu menampung debit air sehingga meluap ke permukiman warga.
“Pemerintah sudah melakukan penanganan banjir, bahkan sudah berkali-kali, namun belum juga bisa menyelesaikan permasalahan yang terus menerus terjadi setiap tahun,” kata Muhtoni kepada Suara Cirebon, Rabu, 11 September 2024.
Kondisi tersebut, menurut Muhtoni, membuat masyarakat jenuh. Masyarakat pun hanya bisa pasrah tanpa tahu kapan banjir yang menjadi langganan setiap tahunnya itu akan bisa teratasi.
“Kalau dibilang bosen dan jenuh, mungkin sudah melebihi dari rasa itu, hingga seolah banjir menjadi tradisi tahunan yang buruk dan terjadi berkali-kali selama musim hujan, yang sampai sekarang tak pernah selesai,” ungkapnya.
Masyarakat desanya, lanjut dia, hanya bisa bersiap menyelamatkan barang-barang yang ada di rumah agar tidak terrendam, ketika hujan turun.
“Karena ketika hujan turun akan berlanjut air Sungai Ciberes meluap dan langsung merendam rumah-rumah warga,” ujarnya.
Ia menuturkan, pernah ada upaya dari pemerintah untuk mengantisipasi banjir seperti melakukan normalisasi sungai. Tetapi, menurut dia, normalisasi yang dilakukan tidak menyeluruh, sehingga air Sungai Ciberes tetap meluap ketika terjadi hujan besar ataupun air kiriman dari daerah hulu di Kuningan.
“Ada juga upaya lain dengan membangun pintu air atau klep di anak Sungai Ciberes. Akan tetapi yang terjadi justru, luapan air yang merendam permukiman warga sulit masuk ke sungai kembali karena terhambat pintu air tersebut,” katanya.
Muhtoni menyebut, banjir tahun kemarin merupakan yang terbesar dimana ketinggian air mencapai 170 cm.
“Sebelumnya belum pernah terjadi. Penyebabnya adalah karena air terhambat keluar karena terhalang klep tip pintu air. Bahkan saat itu masyarakat berbondong-bondong akan membongkar paksa pintu air tersebut, namun ada larangan dari instansi terkait karena hal itu merusak bangunan milik negara,” tuturnya.
Masyarakat berharap pintu air yang ada di anak Sungai Ciberes itu dikaji ulang, agar ada nilai manfaatnya.
“Jadi bukan sebaliknya, bila perlu harus dibongkar karena itu bukan solusi penanganan banjir di Desa Gunungsari ini,” tegasnya.
Untuk mengatasi permasalahan banjir di Desa Gunungsari dan sekitarnya yang terjadi setiap musim hujan ini, pihaknya berharap ada konsultan yang turun ke lapangan, untuk melakukan penelitian dan kemudian mencari solusi yang tepat.
“Harus ada konsultan yang turun untuk mengamati permasalahan banjir yang ada di Desa Gunungsari dan sekitarnya ini, agar langkah apa yang harus dilakukan itu menjadi tepat sasaran,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.