SUARA CIREBON – Filosofi orang Sunda dikaitkan dengan Islam dan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW diungkapkan Kang Dedi Mulyadi (KDM), calon Gubernur Jawa Barat.
KDM mengungkapkan bagaimana Sunda adalah entitas masyarakat relijius yang didasari nilai-nilai adiluhung, penuh dengan kesalehan ritual dan kesalehan sosial.
Menurut KDM, masyarakat Sunda selalu mengedepankan harmoni, keseimbangan dan keselarasan. Termasuk dalam tata cara menyelesaikan berbagai persoalan jika terjadi konflik atau perbedaan pandangan.
Sebagai bangsa relijius, sejak Islam masuk ke Tanah Pasundan, orang Sunda pun mengungkapkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW sebagai pusat nilai dari Islam yang dipeluk dan diyakini mayoritas masyarakat di Jawa Barat.
Cabug Jabar 2024, Kang Dedi Mulyadi membeberkan sejumlah wujud kecintaan orang Sunda terhadap Rasulullah SAW. Semua bisa tercermin dalam ekspresi kehidupan sehari-hari.
KDM mengungkapkan filosofi Sunda dalam kecintaannya terhadap Rasulullah SAW dihadapan para Anggota DPRD Kota/Kabupaten yang digelar oleh DPD Golkar, Jawa Barat, dan diunggah dalam video Instagram @kangdedimulyadi, Jumat 25 Oktober 2024.
Dihadapan para wakil rakyat itu, Kang Dedi Mulyadi yang berpasangan dengan Erwan Setiawan melalui pasangan DERMAWAN mengatakan, wujud kecintaan orang Sunda kepada Nabi Muhammad SAW, salah satunya pada saat pelaksanaan ibadah Salat.
“Dimana letak kecintaa terhadap Rasulullah ? Orang Sunda sangat rajin ketika Salat berkirim Fatihah ‘Illa Hadhorotin Nabiyyil Musthofa Wasalam Al Fatihah’,” ucap Dedi Mulyadi.
Mantan Bupati Purwakarta menembahkan, kecintaan terhadap Rasulullah SAW ada yang tidak diungkapkan secara langsung. Akan tetapi, hal itu tergambar pada wujud nyata dalam praktik kehidupan keseharian dan kini telah menjadi bagian ada istiadat.
“Bahkan tidak hanya Rasulullah SAW. Orang Sunda juga mencintai para Sahabat, misalnya dalam doa Tsumma Ilaa Ruhi Ahli Qubuur, Sayyidina Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali,” kata KDM.
Wujud kecintaan orang Sunda terhadap Nabi Muhammad SAW, bisa terlihat dalam tradisi Tawassul, yang kini banyak dilakukan masyarakat Jawa Barat, khususnya dari saudara di Nahdlatul Ulama (NU).
“Orang sunda yang paling mencintai leluhur, dia sebut para Wali para Aulia sampai pada orang tuanya, dari garis nasab orang sunda itu melekatkan dirinya sampai Nabi. Lewat ritual Tawassul. Yang sundanya NU, kalau yang Persis ya silakan punya keyakinan sendiri, Muhammadiyah punya keyakinan, ituk hak oleh setiap orang. Orang itu kan boleh berkeyakinan, dan tidak boleh kita ini mengkoreksi keyakinan orang lain,” tegas Dedi Mulyadi.
Tidak cukup sampai disitu, Kang Dedi Mulyadi menilai penyebutan diksi ‘Kanjeng Nabi’ yang kerap diucapkan oleh banyak kalangan masyarakat Sunda hingga kini adalah wujud penempatan tahta tertinggi terhadap Nabi Muhammad SAW.
“Dalam tradisi orang sunda itu sampai meletakkan ke Kanjeng Nabi. Sama Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasalam orang Sunda itu tidak pernah nyebut nabi. Saking hormatnya, cukup Kanjeng Rasul. Tidak menyebut Rasul cukup Kanjeng,” tambahnya.
Ngahenang-Ngahening
Kang Dedi Mulyadi mengungkapkan nilai-nilai tradisi masyarakat Sunda sehari-hari yang memiliki makna tersendiri, menjunjung tinggi dan rasa hormat kepada sesama.
“Orang sunda itu selalu pakai Dampal (tatakan), Gamparan Juragan Abdu Nuun, Gamparan Juragan, Gamparan itu tatakan. Jadi tradisi Sunda itu kalau nyuguhin air pakai tatakan, karena itu tradisi rasa hormat. Sudah pakai tatakan kemudian pakai baki. Betapa hormatnya, itu peradaban tingkat tinggi, itu kesalehan dan warisan leluhur kita dan harus diyakini kita bangsa saleh,” jelas KDM.
Jawa Barat atau Sunda merupakan bangsa yang saleh, tidak ada sejarah peperangan, menjajah wilayah lain, tapi lebih mengedepankan harmoni karena merasa Tanah Pasundan telah memberi kemakmuran dan kebahgiaan.
“Di Sunda tidak ada sejarahnya bunuh-bunuhan, enggak ada, orang Sunda tidak pernah berperang, tidak pernah. Orang Sunda tidak pernah mengekspansi orang wilayah orang lain, tidak pernah, teu pernah ngagarong (mencuri), tidak pernah merampok, hidupnya diam karena dia merasa sudah makmur di negerinya sendiri. Ngahenang-Ngahening,” tutur KDM.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.