SUARA CIREBON – Batu pijar seukuran raksasa dengan lebar mencapai sekitar 13 meter terlontar dari erupsi Gunung Api Lewotobi Laki laki.
Batu pijar raksasa dengan suhu ribuan derajat ini, terlontar dari dalam perut Gunung Api Lewotobi Laki laki sejauh 4 kilometer dari puncak gunung api di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Lontaran batu pijar seukuran raksasa ini sangat membahayakan. Sebab jika jatuh di pemukiman penduduk bisa menelan banyak korban jiwa.
Bahaya lontaran batu pijar raksasa dari erupsi Lewotobi Laki Laki menyusul temuan tim PVMBG (Penelitian Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).
PVMBG menemukan keberadaan lubang dengan diameter mencapai 13 meter, dan kedalaman 4 meter yang diduga kuat dari lontaran batu pijar raksasa.
Lobang besar itu ditemukan di Desa Klatanlo, yang berjarak hanya 4 kilometer dari kawah utama Gunung Api Lewotobi Laki Laki.
Lubang tersebut dipastikan terbentuk akibat jatuhan dari lontaran batu pijar vulkanik saat terjadi erupsi Lewotobi Laki laki.
Temuan ini sangat mengejutkan. Ini menjadi menjadi dasar agar wilayah yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) harus dikosongkan bahkan secara permanen.
Tujuan pengosongan untuk mencegah atau menghindari potensi dampak risiko bencana ke depannya yang sangat berbahaya bagi penduduk di sekitar Lewotobi Laki laki.
Korban jiwa dan luka berat
Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, erupsi Lewotobi Laki laki menyebabkan sebanyak 9 warga meninggal dunia.
Ada pula warga yang menderita luka berat. Tercatat ada 31 orang, kemudian 32 lainnya mengalami luka-luka lain.Para korban harus mendapatkan perawatan intensif di sejumlah rumah sakit.
BNPB juga mencatat, sampai Sabtu 9 November 2024, ada sebanyak 10.777 jiwa harus mengungsi di 8 lokasi yang berbeda.
PVMBG juga telah menetapkan perluasan kawasan rawan bencana (KRB) secara sektoral hingga 9 km dari kawah utama Lewotobi Laki laki.
Untuk KRB I berjarak 2 kilometer. Sudah harus dikosongkan karena berpotensi terlanda aliran awan panas, aliran lava, guguran lava dan gas beracun.
Pada KRB I ini juga sangat berpotensi tertimpa lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.
Selanjutnya KRB II berada di radius lima kilometer yang masih berpotensi terlanda aliran awan panas, aliran lava dan guguran lava, termasuk lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.
Kemudian KRB III adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan atau banjir lahar dingin, termasuk hujan abu dan lontaran batu pijar.
Pada jarak sembilan kilometer pada sektor barat daya – barat laut, PVMBG merekomendasikan agar wilayah tersebut dikosongkan dari seluruh aktivitas manusia karena juga berpotensi tertimpa lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.