SUARA CIREBON – Ada tradisi yang masih terus dilakukan oleh masyarakat Cirebon dan sekitarnya pada saat memasuki musim haji, yakni tradisi gentong haji. Tradisi ini terus dilaksanakan meskipun sudah mulai mengalami perubahan zaman.
Tradisi gentong haji yang masih dilakukan masyarakat Cirebon, adalah memasang atau menaruh gentong air minum di depan rumah orang yang berangkat haji. Masyarakat Cirebon mengenalnya dengan istilah ‘gentong kaji’.
Dalam tradisi lama, gentong kaji adalah menaruh gentong yang berisi air minum dan diletakkan di depan rumah warga yang menunaikan ibadah haji. Air yang ada di dalam gentong itu diharapkan bisa dimanfaatkan untuk minum orang yang sedang kehausan.
Namun, seiring berjalannya waktu gerabah (gentong) kaji mulai jarang ditemukan. Masyarakat memilih menggunakan yang lebih praktis yakni dengan menyediakan galon atau air minum kemasan yang sudah diisi dengan air siap minum. Kepraktisan tersebut, tidak mengurangi makna dari tradisi yang masih terus dilaksanakan hingga kini.
Budayawan Cirebon, H Sulama Hadi, mengatakan, tradisi gentong kaji memang masih terus dilestarikan oleh masyarakat. Hal ini masih banyaknya orang yang tengah menunaikan ibadah haji pasti menaruh tempat minum tersebut di depan rumahnya.
“Tradisi ini mulai terjadi saat H Somadulah atau yang lebih dikenal dengan Pangeran Cakrbuana berangkat haji dengan adiknya. Kemudian kerabat atau saudara-saudara dari Pangeran Cakrbuana menaruh kendi atau gentong di depan rumah beliau,” ujar Sulama, Minggu, 25 Mei 2025.
Zaman dahulu, menurut Sulama, menunaikan ibadah haji disebut juga dengan napar (perjalan, red). Napar ini juga ada istilah ngunduh e panggalih (tatkala di tanah air menebar kebaikan maka orang yang sedang dalam perjalanan akan menuai kebaikannya dan begitu sebaliknya).
“Timur Tengah khususnya Arab Saudi dikenal dengan negara tandus, jadi dimungkinkan akan mengalami kehausan. Oleh karena itu untuk meringankan beben orang yang tengah melakukan perjalan haji, maka yang di rumah menyediakan air minum untuk orang lain. Dengan harapan kebijakan itu nanti dirasakan manfaatnya oleh orang yang tengah berangkat haji,” jelasnya.
Sulama mengatakan, pada zaman dahulu dari perjalan dari Jedah ke Mekkah itu menggunakan Onta bisa dibayangkan panasnya seperti apa. Sehingga akan menimbulkan dahaga yang luar biasa.
“Oleh karena itu, keluarga yang dirumah diharapkan bisa memberi sedekah air, dengan harapan orang yang berangkat haji tidak merakan kehausan. sama dengan kita memberikan sedekah kepada musafir,” ujarnya.
Sulama tidak menampik sekarang ini gentong kaji sudah mulai mengikuti perkembangan zaman, sehingga banyak orang mengganti gentong menjadi galon. Namun secara makna dan tujuannya sama saja.
“Mungkin karena orang lebih memilih praktis dengan galon dibandingkan gentong. Namun secara makna sama saja,” tutupnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.