DEVI Farida, salahsatu kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cirebon asal Desa/Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon akan mewakili Indonesia di ajang Youth Exchange for Freedom on Religion and Belief di Kenya. Ada tiga negara yang terlibat dari even itu, yakni Kenya, Indonesia dan Belanda dan akan digelar pada 12-17 Januari.
Manajer Islam dan Gender Fahmina Institutte, Alifatul Arifiati mengatakan, Youth Exchange for Freedom on Religion merupakan kegiatan yang memiliki misi perdamaian dunia. Even ini di-support oleh sebuah lembaga bernama Mensen Met Een Missie yang berpusat di Belanda.
“Kegiatannya berupa exposures toleransi dan perdamaian ke beberapa tempat di Kenya, seperti komunitas perempuan, komunitas anak muda, kantor kepolisian, dan komunitas lintas iman,” katanya, Kamis (9/1).
Alif menjelaskan, keikutsertaan Indonesia dalam agenda tersebut, karena Indonesia, khususnya Fahmina Institutte terlibat dalam program membangun toleransi dan perdamaian. Selain itu, Fahmnina Institutte tergabung dalam konsorsium yang di-support oleh lembaga Mensen Met Een Missie tersebut.
“Ada 8 orang perwakilan dari Indonesia yang bakal mengikuti kegiatan ini. Mereka adalah orang-orang yang aktif bergerak di isu toleransi perdamaian yang terlibat di Yogyakarta, Makasaar, Poso dan Cirebon. Devi adalah salahsatunya,” ungkapnya.
Terpilihnya Devi dalam agenda tersebut, lanjutnya, karena Devi merupakan alumni Sekolah Cinta Perdamaian (Setaman) yang digelar Fahmina Institute bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Ma’rif Pimpinan Cabang Nahldlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon beberapa bulan kemarin.
Devi, kata dia, berhasil mengetuk hati pihak Fahmina Institutte lantaran telah melaksanakan Rencana Tindak Lanjut (RTL) Setaman dengan sangat baik.
“Setelah mengikuti Setaman, Devi menginisiasi beberapa kegiatan yang menurut kami sangat baik. Misalnya, menyampaikan lagi ke organisasinya yaitu IPNU-IPPNU, menggerakkan buka puasa bersama Lintas Iman di daerahnya, dan lain-lain. Jadi, ini menginspirasi yang lain untuk aktif bergerak dalam upaya bina damai,” ujarnya.
Sementara itu, Devi Farida sangat bersyukur dan bangga bisa mengikuti ajang tersebut karena bakal meperkenalkan budaya toleransi daerahnya di tingkat internasional.
Tidak hanya itu, mahasiswa UNU Cirebon Prodi PBK, FKIP itu, di awal 2020 tahun ini Devi bakal mengenal budaya dan bahasa dari negara lain secara langsung. Dari situ pula dia belajar untuk bertoleransi dalam menanggapi perbedaan dari seluruh dunia.
“Saya berangkat tanggal 10 Januari besok. Persiapan alhamdulillah sudah mantap, tentunya bangga dengan kesempatan ini,” pungkasnya. (M Surya)