KABUPATEN CIREBON, SC- Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan, melalui Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Siaga Pratama Subiantoro, mengatakan, mitigasi menjadi bagian penting dalam penanggulangan, baik pasca maupun pra bencana.
Terlebih, Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang memiliki kerawanan level sedang dan tinggi bencana alam seperti longsor, banjir dan angin puting beliung. Karenanya, selain melakukan pemetaan wilayah rawan bencana, mitigasi juga menjadi bagian penting dalam mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Selain itu, keterlibatan unsur masyarakat juga menjadi keharusan selain menfungsikan anggota yang sudah menjadi tupoksinya.
Namun, pandemi Covid-19 ini menjadi kendala tersendiri karena berbenturan dengan prakteknya di lapangan.
“Dampak pandemi Covid-19 juga sangat berpengaruh pada program di BPBD yang salah satunya pada mitigasi bencana,” kata Pratama, Kamis (10/12/2020).
Ia menyebut, dampak Covid-19 membuat mitigasi bencana alam pada lokasi rawan bencana tidak bisa dilaksanakan. Karena mitigasi sifatnya mengumpulkan orang, sedangkan dimasa pandemi ini tidak boleh ada kerumunan.
Meski demikian, kata Pratama, program mitigasi dalam bentuk antisipasi sebelum adanya kejadian sudah dilakukan walaupun tidak maksimal. Di antaranya, dengan mewujudkan program desa tangguh bencana sesuai potensi bencana hasil pemetaan pada daerah rawan bencana di Kabupaten Cirebon.
Hasil pemetaan itu seperti Desa Wanakaya sebagai wilayah langganan banjir, Desa Gemulung Lebak rawan terjadi bencana longsor, Desa Cilengrang Girang dan Induk, kemudian Desa Ciledug Lor menjadi wilayah yang menjadi langganan banjir.
“Ada juga program yang diluncurkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang terbilang baru, seperti memberikan edukasi kepada masyarakat dalam skala keluarga, jadi bukan lagi dalam ruang lingkup desa,” kata dia.
BACA JUGA: Musim Hujan, Warga Diminta Wapada Bencana
Namun, kata Pratama, program yang terbilang sangat relevan itu terkendala. Karena proses edukasinya langsung ke rumah warga untuk memberikan pemahaman dalam menghadapi potensi bencana.
“Karena terkendala pandemi sehingga programnya tertunda,” papar Pratama.
Namun, lanjut Pratama, pihaknya telah memasang arah petunjuk atau rambu-rambu evakuasi. Tujuannya, kata Pratama, untuk mengarahkan masyarakat agar bisa mengetahui kemana mereka harus pergi ketika ada bencana.
“Kami juga sudah menentukan titik evakuasi, dan di tahun 2020 awal ada bantuan untuk alat pendeteksi gempa yaitu di Astanajapura, Sedong, dan Ciledug.
Ia berharap kedepan program tersebut dapat terlaksana sebagai langkah antisipasi dini sambil menunggu pandemi Covid-19 berakhir. Hal itu, agar masyarakat bisa lebih siap jika terjadi bencana alam di lingkungan sekitarnya.
BACA JUGA: Tim Gabungan Gelar Simulasi Penanganan Bencana Banjir di Kabupaten Cirebon
Meskipun mitigasi bencana tahun ini tidak bisa maksimal, namun sejumlah desa angguh bencana sidah siap menghadapi bencana alam. Minimal bisa menjadi contoh bagi wilayah lainnya.
“Kami inginnya siap siap menghadapi bencana meski dihadapkan sejumlah kendala. Tentunya kami berharap Kabupaten Cirebon dijauhi dari berbagai bencana,” pungkasnya. (Islah/Yusuf)