CIREBON, SC- Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (KOPRI) Komisariat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon belum lama ini mengadakan refleksi peringatan Hari Ibu.
Acara tersebut berlangsung di Griya PMII Cabang Cirebon, dengan mengangkat tema “Perjuangan dan Cinta Kasih Ibu Sepanjang Masa,” Jumat (15/1/2021) lalu.
Ketua Pelaksana, Annisa menuturkan acara tersebut merupakan acara pertama kalinya yang digelar oleh KOPRI Komisariat IAIN SNJ Cirebon, “Sebelumnya kami adakan open donasi untuk panti jompo, sebagai wujud kepedulian terhadap kaum Ibu,” ujarnya.
Adapun, Ketua KOPRI Komisariat IAIN SNJ, Wafirotul Fikriyah mengatakan, kegiatan tersebut sebagai bentuk apresiasi kader KOPRI atas perjuangan dan pengorbanan perempuan baik di ranah publik maupun domestik.
“Meskipun tidak dilaksanakan pada tanggal 22 Desember, namun dirasa tidak mengurangi esensi peringatan hari ibu itu sendiri,” katanya.
Fikriyah mengimbau, agar para kader KOPRI atau PMII mampu meningkatkan rasa kemanusiaan dan dapat menjadi manusia yang memanusiakan manusia.
Sementara itu, Ketua PMII Komisariat IAIN Cirebon, Ahmad Syamsudin mengajak kepada kader-kader PMII untuk kembali mengingat dan mencerminkan apa yang telah ibu lakukan.
“Kita tidak mampu melupakan jasa-jasa seorang ibu, karenanya ia telah membesarkan kita dari kandungan sampai kita sudah besar,” kata Syamsudin.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua KOPRI Cabang Cirebon, Oktaviani Nisa mengungkapkan, setiap hari merupakan hari ibu, karena sudah menjadi kewajiban di setiap harinya untuk kita memperlakukan seorang ibu dengan baik.
“Saking banyaknya peran dan ruang lingkup kerja seorang ibu, sampai-sampai sosok seorang ibu tidak dapat dideskripsikan,” paparnya.
Di sisi lain, Nurul Bahrul Ulum, yang menjadi narasumber pada acara tersebut menyampaikan, sudah seharusnya kader KOPRI mampu mengawal isu-isu keperempuanan, karena pengalaman sosiologis dan biologis perempuan tidak mampu dirasakan oleh laki-laki.
“22 Desember yang diperingati sebagai hari ibu memang mulanya saat itu terjadi kongres perempuan pertama di Yogyakarta,” ujar aktivis gender itu.
Nurul melanjutkan, adapun isu yang diangkat saat kongres yakni mencegah perkawinan anak, Pendidikan, dan Kesehatan Perempuan. (Yusuf)