DUA nelayan asal Gebang, Kabupaten Cirebon, Mudi dan Jamal yang sedang menangkap ikan di perairan Rancabuaya, Garut, terseret ombak, Rabu (14/7) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.
Satu nelayan berhasil ditemukan dalam kondisi telah meninggal dunia di pinggir pantai, sementara seorang lagi belum ditemukan hingga saat ini. Jasad korban pun langsung dibawa ke rumah duka di Desa Gebang Kulon, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, untuk dimakamkan.
Salah seorang nelayan teman korban, Sakun (60) menuturkan, sejumlah nelayan asal Desa Gebang Kulon tengah melakukan penangkapan ikan di perairan Rancabuaya, Garut. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok menggunakan sejumlah perahu.
Namun, lanjut Sakun, berbeda dengan biasanya, malam itu Selasa (13/7/2021) sekitar pukul 20.00 WIB ada ombak setinggi 10 meter di lokasi tempat mereka mencari ikan. Menurut Sakun, seumur hidupnya baru kali ini menemui ombak setinggi 10 meter. Menyadari ada yang tidak lazim, Sakun pun memilih menepikan perahunya.
Sementara dua rekannya, Mudi dan Jamal yang beda perahu tidak menepi, karena saat itu air laut mulai tenang kembali. Sekitar pukul 21.00 WIB, menurut Sakun, korban bahkan masih sempat mengirim pesan melalui aplikasi WhatsApp dan menanyakan keberadaan dirinya. Saat itu Sakun menjawab sudah menepi, sementara korban masih melanjutkan mencari (menangkap) ikan.
“Saya baru tahu kalau Mudi ditemukan sudah tidak bernyawa di pinggir pantai oleh nelayan sekitar pukul 10.00 WIB pagi,” kata Sakun.
Kabar meninggalnya Mudi, ia sampaikan langsung ke keluarganya yang ada di Gebang, Kabupaten Cirebon. Kemudian dirinya bersama teman-teman di Rancabuaya Garut mengurus jasad korban dan ikut mengantar menuju rumah duka di Desa Gebang Kulon.
Sementara satu teman mereka, Jamal yang diduga menjadi korban juga karena satu perahu dengan Mudi, sampai saat ini belum ditemukan. Teman-teman nelayan di Rancabuaya Garut, lanjut Sakun, masih melakukan pencarian.
“Kedua korban kemungkinan terpental ketika ada ombak besar yang kedua sekitar pukul 02.00 WIB, sementara perahu yang mereka tumpangi masih terapung di lokasi kejadian dengan kondisi masih tertahan jangkar,” ungkapnya.
Sementara, Sekjen DPP Serikat Nelayan Indonesia (SNI), Budi Laksana yang datang melayat korban, menjelaskan, para nelayan yang mencari ikan di perairan Rancabuaya Garut biasanya rata-rata memiliki aplikasi di HP untuk menunjukkan kondisi cuaca sekitar Laut tersebut.
Jika kondisi angin sekiranya besar, lanjut Budi, maka para nelayan memilih tidak melaut sementara. Ketika angin teduh mereka baru melaut.
“Saat ini musim tangkapan memang sedang banyak. Bahkan hasil bagi rata tangkapan setiap hari nelayan di wilayah perairan Rancabuaya Garut di kisaran Rp400 ribu per nelayan.
BACA JUGA: Diduga Tak Bisa Berenang, Nelayan Bondet Tenggelam Usai Terpeleset dari Perahu
Ia menduga, kemungkinan besar prakiraan cuaca dari aplikasi HP tersebut berubah seketika, dimana saat sore hari angin teduh, tiba-tiba malam hari datang angin sehingga muncul ombak besar hingga menjungkirbalikkan perahu mereka.
“Kami masih melakukan koordinasi dengan teman-teman nelayan di wilayah Rancabuaya Garut dan mereka masih melakukan pencarian satu korban lagi yang masih belum ditemukan, “pungkasnya. (Baim/rls)