Dengan membawa sejumlah alat peraga kampanye sosialisasi prokes yang diiringi musik jalanan, mereka menjalankan tugasnya dengan baik di bawah bimbingan petugas gabungan, baik dari kepolisian, dishub dan Satpol PP itu sendiri. Saat lampu merah menyala, mereka langsung turun ke tengah jalan dan berlenggak lenggok menyosialisasikan prokes dengan sasaran para pengendara di Perempatan Lampu Merah Trusmi Plered- Weru, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat (Tibumtranmas) Satpol PP Kabupaten Cirebon, Dadang Priyono, mengatakan, program kerja bersama seniman jalanan dan seniman tersebut merupakan upaya Satpol PP untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya prokes.
Meskipun saat ini kasus Covid-19 tengah melandai, namun pihaknya tetap mengingatkan agar masyarakat memperketat prokes dan jangan sampai kendor.
BACA JUGA: Wujudkan Kabupaten Cirebon Bebas Sampah, Budayakan Pilah Sampah sejak dari Rumah
“Ini program dari Satpol PP Jabar. Kami sangat mendukung kegiatan yang diadakan provinsi. Kita juga menggandeng pelaku seni yakni pengamen jalanan dan ronggeng bugis Cirebon,” ujar Dadang, Minggu (19/9/2021).
Menurut Dadang, dipilihnya perempatan lampu merah Plered-Weru, karena tempat tersebut dinilai merupakan salah satu kawasawan objek vital di Kabupaten Cirebon. Selain kawasan yang menjadi jalur lintasan kendaraan nasional, juga menjadi tempat didatangi banyak masyarakat dari berbagai daerah.
“Kami berharap masyarakat Kabupaten Cirebon tidak kendor prokes. Semoga dengan sosialisasi yang lebih humanis ini kami rasa akan lebih mengena di hati masyarakat dan bisa akan saling mengingatkan,” papar Dadang.
Dadang mengatakan, sosialisi prokes tersebut atas instruksi Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Barat dan dilaksanakan dengan sandi “Patroli Senyum”. Ia menyebut kerja bareng Satpol PP bersama komunitas ini dalam upaya memberikan edukasi kepada masyarakat. Kemudian, melaksanakan patroli pengawasan dan penindakan (Wasdak) kepatuhan PPKM Level 4 di kawasan ruang publik.
“Kegiatan ini dilakukan selama dua hari berturut-turut. Terlaksananya kegiatan ini tentu diperlukan kolaborasi antarstakeholder dan perangkat terkait. Jadi menggunakan pendekatan melalui kesenian untuk menyosialisasikan prokes ya lebih humanis,” pungkasnya. (Islah)