KABUPATEN CIREBON, SC- Sejumlah perajin rotan di Kabupaten Cirebon memilih banting stir menggunakan bahan baku rotan sintetis. Hal itu dilakukan mengingat pasokan bahan baku rotan alam (kayu, red) kerap tidak menentu sementara pasar kerajinan rotan sintetis cukup menjanjikan.
Seperti dilakukan perajin rotan asal Pamijahan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon Fuad setahun belakang ini. Menurut Fuad, dengan menekuni usaha rotan sintetis, omzet rata-rata per minggu yang diperolehnya berada dikisaran Rp5 juta. Fuad mengaku memiliki pangsa pasar luar, khususnya wilayah Jabodetabek.
Selaku pengusaha dan perajin kedua jenis rotan (alami dan sintetis, red) Fuad mengakui, bahwa digenjotnya produksi dan penjualan rotan sintesis karena, perputaran uang yang cepat serta kemudahan dalam proses pembuatannya. Meski begitu, dirinya tetap melakukan produksi rotan kayu meski, tak sebanyak rotan sintetis.
“Lebih menguntungkan sintetis. Bisa dijual sendiri, perputaran uangnya lebih cepat, prosesnya mudah, dan cepat. Rotan kayu banyak proses bolak balik pabrik, setelah selesai anyam harus ada finishing dan sebagainya. Harus masuk quality kontrol, untuk penjualan pun diserahkan ke pabrik,” kata Fuad kepada Suara Cirebon, Rabu (13/10/2021).
Selain kemudahan, lanjut Fuad, bahan baku rotan sintetis jauh lebih mudah ditemukan.
“Belinya di sini masih di sekitar Cirebon dan kalau ada reseller yang ambil sekalian bayar jadi langsung dapat duit,” ungkapnya.
Fuad mengaku telah 20 tahun menjadi pengusaha dan pengrajin rotan kayu. Menurutnya, bahan baku rotan kayu saat ini sangat sulit didapat. Terlebih, bahan bakunya tidak berasal dari Cirebon melainkan dari luar Pulau Jawa.
Miliki 6 pekerja rotan sintetis, dalam sehari dirinya dan karyawannya dapat menghasilkan kurang lebih 20 pieces untuk seluruh item per orang. Tipe barang yang dibuat sendiri terdapat cangkir wadah pensil, sarung toples, tutup nasi, tong sampah, vas bunga, wadah permen, karpet, tempat buah, rak susun bumbu dan masih banyak lagi.
“Dari semua tipe ada beberapa tipe yang tidak kenal musim. Yaitu, tutup nasi, tong sampah, dan tempat tisu,” sebutnya.
Untungnya, lanjut Fuad meski lebih banyak yang kustom warna dan menyebabkan stok yang telah dipersiapkan belum terjual, barang dapat tetap awet karena tidak mudah berjamur. Di sisi lain, terkadang ada momen dimana pembeli atau reseller yang datang seketika memborong stok yang ada.
“Kita tetap optimis ya pasti terjual. Meski, seminggu kosong biasanya di hari berikutnya diborong,” ujarnya.
BACA JUGA: Produk ACC Binaan Disperindag Masuk Mal
Tak pernah sepi pembeli, pada awal penjualannya sendiri pernah ada yang memesan hongga 500 pieces. Hanya saja, karena pembeli dianggapnya masih baru dikenal, akhirnya ia hanya memberi seadanya.
“Saya tidak yakin karena orang baru, akhirnya saya beri seadanya. Tapi ternyata benar dibeli dan pernah ada yang beli per minggu 200 pesanan hingga mencapai 2000 pieces,” paparnya.
Meskipun membangun usaha dimasa pandemi, dan bukan barang primer ataupun sekunder. Produk rotan sintetis yang cantik ini tetap diburu masyarakat.
“Alhamdulillah banyak pembeli meski pandemi,” pungkasnya. (Sarrah/Job)