KABUPATEN CIREBON, SC- Ponpes Gedongan, Desa Ender, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, menjadi pesantren rujukan tidak hanya bagi pesantren di wilayah Cirebon tatapi juga hingga ke luar Jawa.
Hal itu disampaikan, KH Wawan Arwani saat memberikan tausiah pada kegiatan Haul ke-92 KH. Muhammad Said dan masyarakat Pesantren Gedongan, Sabtu (19/3/2022).
Kiai yang akrab disapa Kang Wawan itu menjelaskan, Ponpes Gedongan kini berusia 1 abad. Pada zamannya, menjadi pesantren rujukan pesantren-pesantren lain yang bahkan usianya lebih tua dari Pesantren Gedongan.
BACA JUGA: Ponpes Gedongan Ender Cirebon Peduli Kesehatan Masyarakat
“Almaghfurlah KH. Muhammad Said merupakan putra KH Murtasyim asal Tuk Sindanglaut, dimana pada zamannya Desa Tuk menjadi daerah pengembangan pesantren di Cirebon. Di sana lahir Ki Ardisela, Mbah Muqoyyim, Ki Ismail termasuk ayah KH. Muhammad Said,” kata Kang Wawan, dalam paparan tausiyahnya.
Awalnya, lanjut Wawan, KH. Muhammad Said diminta meneruskan pesantren milik orang tuanya, juga diminta mengelola pesantren kakak iparnya di Pesantren Buntet dan pesantren saudaranya di Pesantren Benda. Namun KH. Muhammad Said memilih membuka alas dan membangun pesantren sendiri di Gedongan.
“Pada zamannya, pesantren-pesantren lain belum bisa memutuskan sebuah masalah sebelum melakukan musyawarah dan sowan minta pendapat ke KH. Muhammad Said. Meskipun Pesantren Buntet lebih tua, tetapi selalu meminta petunjuk kepada Pesantren Gedongan,” terangnya.
BACA JUGA: Kapolres Ciko Silaturahmi ke Ponpes Al-Khairiyah
Menurutnya, dalam perang melawan penjajah, meski Pesantren Gedongan belum pernah diserang karena karomah KH. Muhammad Said, namun tidak tercatat dalam sejarah bahwa Pesantren Gedongan merupakan pesantren yang paling tegas terhadap intervensi kolonial Belanda. Terbukti, saat perang 10 November di Surabaya, saat itu perwakilan Cirebon dipimpin oleh KH Abbas, Pesantren Gedongan juga mengirimkan utusan kiai dan santrinya untuk melakukan perang 10 nopember.
“Pesantren Gedongan itu dikenal sebagai pesantren masyarakat dan masyarakat pesantren, itu yang membedakan antara Pesantren Gedongan dengan pesantren lainnya, karena dahulu KH. Muhammad Said saat mebangun Pesantren Gedongan meminta kepada santri yang datang dari berbagai daerah, santri putra untuk menikah dengan santri putri dan menetap di Gedongan,” jelasnya.
Lebih lanjut Kang Wawan juga mengungkapkan, saat ini yang mengelola Pesantren Gedongan merupakan keturunan keempat dari KH. Muhammad Said. Sesepuh Pesantren Gedongan saat ini, KH. Abubakar merupakan jalur keturunan KH Abdul Karim. Selain itu, KH. Muhammad Said juga mengembangkan pesantren, anak pertama KH. Muhammad Said, KH Nakhrowi dinikahkan dengan Kiai Soleh Pesantren Benda, yang saat ini juga hadir keturunan keempatnya Kiai Yahya yang kini sebagai sesepuh pesantren Benda.
BACA JUGA: Silaturahim ke Ponpes Fat-hah Al Qudwah, Pemuda Samadikun Ditawari Program Keahlian
Kiai Yahya merupakan anak Kiai Misbakh bin Kiai Nackhrowi bin KH Muhammad Said. Saya merupakan jalur dari KH Siradj, yang merupakan putra bungsu KH Muhammad Said,” papar Kang Wawan. (Baim)