KABUPATEN CIREBON, SC– Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang tengah mewabah dan menyerang 685 ekor sapi di Kabupaten Cirebon, tidak membuat harga jual sapi menurun. Wabah PMK, malah membuat harga jual sapi khususnya untuk keperluan kurban, naik.
Salah seorang peternak sapi asal Desa Arjawinangun, H Maman, mengatakan, saat ini harga hewan ternak sapi mengalami kenaikan hingga sekitar 50 persen. Kondisi tersebut dipicu adanya wabah PMK yang menyebabkan sapi menjadi langka di pasaran.
“Saat ini harga jual dan beli tetap mahal, karena sapinya langka. Misalnya harga sapi Rp10 juta biasanya dapat sapi yang besar, sekarang hanya dapat sapi kecil, jadi separuhnya,” ujar Maman.
BACA JUGA: Penanganan PMK Tak Dianggarkan, Pemkab Cirebon Upayakan Ada Bantuan Pemprov dan Pusat
Selain karena langka, kata Maman, mahalnya harga sapi juga dipengaruhi langkah antisipasi penjual agar tidak mengalami kerugian jika suatu saat sapi yang telah terjual mati dan tidak jadi diambil oleh pembeli. Karena, sapi yang sudah dibeli biasanya masih dititipkan di tempat peternakan dan baru diambil ketika hari raya kurban tiba.
“Kita juga menjaga jangan sampai mengalami kerugian, karena kita khawatir ada yang mati,” paparnya.
Pria yang menjabat sebagai Kuwu Desa Arjawinangun itu menyebut, PMK yang masih melanda saat ini membuat para peternak menjerit. Saat ini, lanjut Maman, para peternak sapi tengah berduka akibat wabah PMK tersebut. Pasalnya, kondisi tersebut menyebabkan penjualan sapi mengalami penurunan.
BACA JUGA: 685 Sapi Terjangkit PMK, Tersebar di 17 Kecamatan di Kabupaten Cirebon
“Yang jelas pembeli juga jadinya ragu-ragu,” terangnya.